Kebanyakan keluhan yang diterima perawat dari pasien dan keluarga ketika dirawat di rumah sakit adalah tidak jalannya infusan atau bengkaknya lokasi pemasangan infus. Pun dengan keluhan “sakit ketika sedang di infus” karena dilakukan beberapa kali tusukan.
Pernahkah mendapatkan keluhan seperti itu? Jika pernah, maka artikel ini sangat cocok untuk kamu!
Disini kamu akan mengetahui bagaimana cara pemasangan infus atau insersi IV Cath yang baik dan benar, yang dapat mengurangi rasa sakit pasien, dan dalam satu tusukan. Dari A sampai Z, dari tahap persiapan sampai akhir, semuanya akan dibahas.
So, here we go!
Persiapan Pemasangan Infus
Pemasangan infus merupakan salah satu perawatan yang paling dasar yang diberikan hampir kepada setiap pasien yang dirawat di rumah sakit. Dan tentunya, keterampilan pemasangan infus atau insersi IV Cath ini haruslah dikuasai oleh setiap perawat.
Untuk menghindari keluhan ini, dan menghindari rasa sakit yang tidak semestinya dirasakan oleh pasien, lihatlah beberapa tips pemasangan infus dibawah ini tentang bagaimana menjadi seorang Sniper dalam hal pemasangan infus atau insersi IV Cath.
1. Tetap tenang dan siapkan segala sesuatunya
Pemasangan infus atau Insersi IV Cath dalam satu tusukan akan tergantung dari persiapan, keterampilan dan pengalaman yang dimiliki. Umumnya, karena belum memiliki pengalaman yang banyak, para perawat fresh graduate gagal melakukan insersi ini.
Namun faktanya, persiapan dan ketenanganlah yang menjadi kunci keberhasilan insersi IV Cath. Sehingga, hilangkan kecemasan, jangan terburu-buru dan jelaskan prosedur kepada pasien. Pastikan pasien merasa nyaman dan cukup hangat untuk mencegah vasokontriksi. (Jika memungkinkan, hindari insersi di subuh hari).
2. Bangun kepercayaan diri
Sebelum melakukan pemasangan infus, percayalah pada diri sendiri dan yakinkan pasien bahwa kamu tahu apa yang kamu lakukan. Pasien akan terdorong oleh rasa percaya diri kamu (hilangnya kecemasan, maka hilangnya vasokontriksi), dan kamu akan terdorong oleh kepercayaan pasien.
3. Kaji adanya fobia jarum
Fobia jarum adalah respon dari pemasangan infus sebelumnya. Gejalanya termasuk takikardia dan hipertensi sebelum insersi. Ketika insersi, bradikardi dan penurunan tekanan darah akan terjadi dengan tanda gelaja pucat, diaforesis, dan sinkop.
Yakinkan pasien dengan nada menghibur dan mendidik. Jaga jarum agar terhindar dari pandangan pasien sampai detik terakhir sebelum insersi. Gunakan anestesi topikal untuk membantu mengelola nyeri dan fobia jarum berulang.
4. Observasi tindakan pengendalian infeksi
Gunakan sarung tangan ketika hendak melakukan pemasangan infus pada pasien. Insersi IV Cath merupakan prosedur invasif dan membutuhkan teknik aseptik serta langkah-langkah pengendalian infeksi yang tepat. Gunakan alcohol swab di area insersi untuk meminimalkan mikroorganisme dan memvisualisasikan vena agar lebih jelas.
5. Kaji vena yang akan di insersi
Sebelum memasukan jarum ke pembuluh darah, kamu harus mengkaji terlebih dahulu kondisinya. Pasien dengan hidrasi yang baik akan memiliki vena yang tegas, jelas, lentur dan “mudah ditemukan”.
Namun adakalanya pasien yang harus di terapi intravena adalah pasien-pasien dengan dehidrasi, sehingga ini merupakan tantangan tersendiri. Tips nomor 6 akan membantu kamu menemukan vena yang tepat.
6. Jangan dilihat, tapi rasakan
Jika kamu tidak dapat melihat vena yang tepat, percayalah pada jari-jari tangan kamu adalah hal terakhir yang dapat kamu lakukan. Sebuah tendon mungkin akan terlihat seperti pembuluh darah, namun jari dan perasaan kamu dapat membedakannya.
7. Tanya pasien
Kesulitan mencari vena yang cocok untuk dilakukan pemasangan infus? Jangan malu, tanya pasien! Pasien mungkin akan tahu lebih banyak lokasi-lokasi vena yang tepat berdasarkan riwayat insersi sebelumnya.
8. Gunakan ukuran IV Cath yang sesuai
Pada pasien dewasa, umumnya ukuran IV Cath yang dipakai adalah 20 G (warna pink). Namun jangan pernah mengasumsikan bahwa semua pasien adalah sama. Sehingga lihat dan kaji vena yang akan di insersi sebelum menentukan ukuran IV Cath yang hendak dipakai. Hal ini dapat menghindarkan pasien dari rasa sakit akibat ruptur dan tekanan jarum.
9. Pertimbangan penggunaan
Apa jenis cairan infusan yang diperlukan pasien? RL kah? NaCl kah? Transfusi kah? Atau kemo kah? Lantas berapa cc cairan yang dibutuhkan dalam 24 jam? Berapa tetesan infus yang harus diberikan? Ketahui hal-hal tersebut sebelum melakukan pemasangan infus atau insersi IV Cath.
10. Lakukan insersi di tangan yang tidak dominan (Jika dan hanya jika memungkinkan)
Jika memungkinkan, lakukan pemasangan infus dengan prioritas pertama tangan yang tidak dominan. Hal ini dilakukan agar pasien masih dapat melakukan fungsi sederhana dengan menggunakan tangan yang dominan. Namun jika kamu tidak dapat menemukan vena yang tepat pada tangan yang tidak dominan, carilah di tangan yang dominan.
Mencari Vena Terbaik untuk Insersi
11. Mulailah dengan urutan area distal – proksimal
Agar kamu tidak kehilangan area-area lainnya yang mungkin mempunyai vena yang baik, maka mulailah mencari vena untuk pemasangan infus dari area distal terlebih dahulu semisal di punggung tangan. Jika tidak ada vena yang baik untuk dilakukan penusukan, maka naiklah secara proksimal semisal di atas sendi pergelangan tangan.
Jika kamu melakukannya di area proksimal terlebih dahulu (misal di vena cephalic pergelangan tangan), mungkin kamu tidak akan bisa melakukan penusukan di area distal (vena cephalic di punggung tangan) karena vena atasnya sudah rusak akibat tusukan yang pertama. (Lihat gambar dibawah ini).
12. Gunakan Cuff  Tensi Darah
Jika pasien mempunyai tekanan darah rendah (bisa diakibatkan oleh fobia jarum – lihat bagian pertama dari artikel ini), maka agar dilatasi vena merata lebih baik menggunakan cuff tensi darah sebagai tourniquet. Cuff tensi darah akan memberikan tekanan yang merata dan dapat disesuaikan ketimbang tourniquet. Teknik ini juga berguna untuk pasien-pasien lansia dengan vena yang sulit di akses. Caranya? Lihat no 13!
13. Cara menggunakan Cuff Tensi Darah sebagai Tourniquet
Ketika hendak menggunakan cuff tensi darah sebagai tourniquet, balikan posisinya sehingga tubing (2 selang karet cuff) berada di posisi atas. Dengan cara ini, kamu akan mendapatkan visual yang jelas tanpa adanya halangan dan menghindari kontaminasi dari tubing ke area insersi.
Mulailah dengan tekanan yang kecil, lihat apakah vena muncul atau tidak. Jika tidak, tingkatkan tekanannya. Teknik ini selain memudahkan kamu menemukan vena yang baik, juga meningkatkan kenyamanan pasien karena tekanan yang lebih lebar yang dihasilkan oleh cuff.
14. Lakukan tusukan tanpa tourniquet
Jika pasien kamu memiliki vena yang jelas namun rapuh, lakukan insersi pemasangan infus tanpa menggunakan tourniquet. Tekanan yang dihasilkan oleh tourniquet mungkin akan menyebabkan tekanan berlebih pada vena yang rapuh sehingga ketika dilakukan tusukan dengan tourniquet, vena mungkin akan ruptur.
Memperjelas Visual Vena
15. Manfaatkan gravitasi
Biarkan lengan pasien menjuntai kebawah di sisi tempat tidur jika tidak ada pembuluh darah yang terlihat. Gravitasi akan memperlambat aliran balik vena dan akan menyebabkan distensi vena yang akan membuatnya terlihat dan lebih mudah diraba.
16. Gunakan teknik kompres hangat
Terapkan teknik kompres hangat dengan kasa atau handuk selama beberapa menit sebelum insersi. Suhu yang hangat akan memungkinkan terjadinya dilatasi vena yang membuatnya akan lebih terlihat.
17. Jangan pernah “menampar vena”
Jika kamu pernah melakukannya, maka saya akan mengatakan bahwa hal tersebut adalah suatu kebiasaan buruk. Teknik ini mungkin akan sedikit membantu, namun menampar-nampar vena untuk membuatnya lebih terlihat akan membuat vena berkontraksi karena adanya rangsangan yang menyakitkan yang diterimanya.
So please, jangan membuat prosedur yang sakit menjadi lebih menyakitkan. Setuju? Jikalau mau, lebih baik gunakan teknik nomor 18 dibawah ini!
18. Berikan tekanan pada vena dengan ibu jari atau jari telunjuk
Daripada menampar-nampar vena, lebih baik gunakan kedua ibu jari untuk menekan-nekan vena yang “masih belum terlihat”. Hal ini akan melepaskan histamin dibawah kulit sehingga menyebabkan pembuluh darah berdilatasi. Tidak percaya? Silahkan coba sendiri.
19. Rasakan goyangan “khas” dari vena
Gunakanlah touniquet atau cuff tensi darah sekitar 4 jari diatas area yang akan di insersi. Raba lembut vena dengan melakukan tekanan lembut dari atas ke bawah. Rasakan jalurnya, rasakan goyangannya ketika di tekan-tekan lembut. Goyangan tendon dan vena ketika diberi tekanan sama sekali berbeda lho!
20. Instruksikan pasien untuk mengepalkan tangannya
Sebelum melakukan insersi pemasangan infus, instruksikan pasien untuk melakukan gerakan kepal dan buka jari-jari tangan. Kepalkan 1 detik, buka di detik ke 2 dan begitu seterusnya. Hal ini berguna untuk mempercepat pengisian darah di pembuluh darah vena.
Vena dengan aliran lancar dan adequat akan lebih terlihat dan lebih mudah dilakukan penusukan lho!
21. Masih susah? Coba teknik 2 tourniquet berikut ini
Pasangkan tourniquet pertama di bagian atas lengan dan biarkan selama 2 menit. Lalu pasangkan tourniquet kedua di pertengahan lengan dibawah fossa antecubital. Maka dalam 15 detik vena yang diharapkan akan muncul.
22. Jangan memaksakan diri, gunakan nitrogliserin!
Untuk melebarkan pembuluh darah yang kecil dan rapuh, gunakan nitrogliserin salep selama 1-2 menit. Jika vena sudah terlihat dan berdilatasi, hapus salep dengan menggunakan disinfeksi terakhir pada area insersi dengan alcohol swab.
23. Ikuti arus aliran darah
Ketika melakukan disinfeksi area insersi, ikuti arus aliran darah vena. Hal ini membantu mempercepat dan memperlancar aliran darah vena.
24. Perlebar disinfeksi area insersi
Pastikan untuk melakukan insersi pada vena yang tepat. Oleh karenanya, memperlebar area disinfeksi memungkinkan munculnya beberapa vena yang mungkin dapat dilakukan insersi sehingga kamu mempunyai beberapa pilihan.
25. Masih belum terlihat? Gunakan Vein Locator
Vena bisa sangat sulit untuk diakses, terutama pada bayi atau anak-anak kecil. Peralatan seperti lampu transilluminator atau mesin ultrasound saku dapat menerangi jalur vena sehingga kamu dapat melihat jalur vena dimana kamu harus melakukan insersi.
Namun, berhati-hatilah, jangan terlalu lama karena dapat menyebabkan skin burn terutama pada bayi dan anak-anak.
Teknik Pemasangan Infus
26. Stabilkan posisi vena
Sebelum pemasangan infus atau insersi, pastikan vena dalam keadaan stabil supaya dapat dengan mudah dilakukan tusukan. Tarik kulit dengan kencang kearah bawah area yang hendak di insersi. Hal ini selain akan memudahkan ketika insersi, juga akan mengurangi rasa sakit yang akan dirasakan oleh pasien.
Pastikan bahwa alcohol swab telah mengering sebelum melakukan insersi karena jika insersi dilakukan ketika alcohol masih basah, hal tersebut akan lebih menyakitkan bagi pasien.
Bagaimana rasanya ketika ada luka kita beri alcohol? Itulah yang akan dirasakan pasien. Ingat, fungsi alcohol disini hanyalah untuk mensterilkan area insersi, bukan untuk mensterilkan luka insersi.
27. Masukan IV Cath dari atas vena
Jangan pernah melakukan tusukan dari samping vena, karena dapat mendorong jarum ke samping dan mungkin dapat melukai tangan kamu. Selalu lakukan insersi dari atas vena, hal tersebut membuat jarum dapat dengan mudah mengikuti lajur pembuluh darah.
28. Cegah terjadinya kinking
Terkadang, jika vena mengeras atau adanya bekas luka, IV Cath jadi terlipat atau tertekuk (kinking). Kinking biasanya terjadi pada pasien-pasien dengan kemoterapi karena pengerasan vena, pada pasien-pasien dengan varises karena vena yang jadi berkelok-kelok, pada pasien-pasien dengan gangguan jantung karena adanya pengendapan kolesterol dan lain sebagainya.
Gunakan teknik nomor 29 untuk mencegah hal ini.
29. Gunakan teknik Catheter Hub Twirling
Teknik ini dilakukan dengan cara : setelah melakukan tusukan dan darah terlihat di flashback chamber, masukan IV Cath dengan gerakan memutar searah jarum jam dengan perlahan. Hal ini membantu jarum plastik IV Cath meluncur memutar di dalam pembuluh darah mencari lubang kosong untuk masuk tanpa menerobos dinding vena atau endapan (jika ada).
30. Bevel up. Pastikan bevel jarum menghadap keatas sebelum insersi
Karena dengan begitu, bagian paling tajam dari jarum akan mengenai kulit dan mengurangi rasa sakit. Selain itu, dengan memposisikan bevel jarum kearah atas, akan lebih memudahkan jarum untuk meluncur menembus kulit dan pembuluh darah vena.
31. Tusukan jarum pada sudut 15-30 derajat terhadap kulit
Posisikan ibu jari diatas IV Cath, dan jari telunjuk berada dibawah tepat diantara kulit dan IV Cath. Posisi tersebut setara dengan 15-30 derajat. Informasikan pada pasien bahwa kamu akan memulai penusukan dan instruksikan pasien untuk menarik nafas dan tidak menggerakan tangannya.
32. Rasakan adanya resistensi
Ketika kamu hendak memasukan jarum, rasakan adanya resistensi (perlawan) dari tangan pasien sebagai akibat dari rasa sakit yang diterimanya. Jika tidak ada resistensi yang dirasakan, masukan jarum dengan perlahan dan hati-hati. Jika ada resistensi, hentikan penyisipan jarum karena jika kamu meneruskannya, hal tersebut mungkin akan menerobos dinding vena dan melukainya.
33. Perhatikan Flashback Chamber
Sesaat setelah kamu melihat ada aliran darah balik di flashback chamber, lepaskan tourniquet, tarik sedikit flashback chamber dari kateter hub dan mulai masukan kateter secara perlahan. Rasakan poin 28 dan poin 32. Jika tidak ada yang terasa, lanjutkan insersi sampai keseluruhan jarum plastik masuk. Hubungkan kateter hub dengan intrafix primeline.
34. Rasakan kapan kamu harus berhenti
Rasakan dan amati kapan kamu harus berhenti memasukan kateter. Latih feeling kamu untuk merasakan poin nomor 28 dan poin 32, ketika kamu melihat darah di flashback chamber, berhenti sejenak, dan turunkan sudut insersi, tarik sedikit flashback chamber dari kateter hub agar jarum tidak menerobos dinding bawah vena.
35. Jangan biarkan cairan IV terlalu cepat menetes
Setelah melakukan fiksasi kateter, sesegera mungkin atur tetesan infus. Jangan biarkan cairan menetes terlalu cepat karena vena mungkin akan shock dengan adanya aliran yang terlalu cepat dari kateter.
36. Teknik pelepasan tourniquet
Segera setelah kamu dapat memastikan bahwa kateter telah masuk kedalam vena (ditandai dengan adanya aliran darah balik dari flashback chamber), lepakan tourniquet terlebih dahulu sebelum mulai memasukan kateter lebih jauh.
Hal ini untuk mencegah adanya tekanan berlebih didalam vena (Pertama tekanan dari tourniquet, kedua tekanan dari insersi). Jika dibiarkan, vena mungkin akan rusak (bengkak lalu kemudian ruptur).
Seni Fiksasi Area Insersi
37. Hindari fiksasi yang kurang tepat
Jangan pernah membuat fiksasi dengan cara mendekatkan selang intrafix (selang infus) dengan catheter hub. Sebaiknya, berikan jarak sekitar 2 jari antara selang intrafix yang dilekukan dengan catheter hub.
Hal ini untuk mengurangi ketegangan pada IV Cath sehingga pasien akan merasa lebih nyaman.
Pasien mengeluh nyeri area pemasangan infus saat cairan infus diberikan? Mungkin ini penyebabnya.
38. Pasien ambulasi
Untuk mengamankan pasien ketika dilakukan ambulasi (membawa pasien dengan ambulance), kunci lengan pasien dalam keadaan ekstensi dan cegah terjadinya fleksi sendi sikut. Gunakan bantalan untuk mencegah fleksi sikut (jika memungkinkan).
39. Jangan biarkan selang infusan menjunatai terlalu panjang
Lakukan fiksasi selang intrafix (selang infus) searah dengan arah insersi. Jangan pernah membiarkan selang menjuntai panjang tanpa di fiksasi. Jika terkait sesuatu, mungkin saja IV Cath tertarik kembali keluar.
40. Fiksasi ujung jarum plastik yang masuk di vena
Terutama jika kamu melakukan insersi di punggung tangan. Tipisnya kulit dipunggung tangan mungkin akan menyebabkan rasa sakit bagi pasien karena ujung jarum plastik (terutama jika pasien sering menggerak-gerakan jari-jarinya).
41. Gunakan IV Dressing yang transparan
Jika ada, gunakan IV Dressing yang transparan karena dengan begitu, kamu akan tahu jika suatu waktu area insersi terkena infeksi. Jika tidak ada yang transparan, maka kamu harus mengganti IV Dressing tersebut minimal 3 hari sekali untuk meminimalisir terjadinya infeksi.
Atau, pelajari teknik Chevron Method dibawah ini!
42. Teknik fiksasi
Lihat gambar dibawah ini ;
Chevron Method |
Omega Loop |
Modified Tri-State |
Multi Lumen Fixation |
Tape and Gauze Fixation |
Sebenarnya masih banyak lagi teknik-teknik fiksasi seperti teknik H, teknik U dan lain sebagainya. Namun ketiga teknik diatas adalah teknik yang sering digunakan. Punya teknik lainnya? Yuk sharing di kolom komentar dibawah.
Hal-hal yang Harus Diketahui
INGAT : Tidak semua pembuluh darah sama, setiap orang yang berbeda dengan kondisi yang berbeda pasti memiliki vena yang berbeda, jadi di sinilah kamu harus mengetahui beberapa pertimbangan khusus mengenai terapi intravena yang perlu dan harus kamu perhatikan.
43. Pasien geriatrik dan pasien pediatrik
Kedua pasien tersebut mempunyai pembuluh darah yang lebih kecil dan rapuh daripada pasien dewasa normal. Sehingga pertimbangkan untuk menggunakan ukuran IV Cath yang kecil (semakin besar nomor IV Cath, semakin kecil ukurannya) disesuaikan dengan kondisi vena dan cairan yang hendak diberikan. Biasanya menggunakan IV Cath ukuran 22 atau 24. Lihat kembali bagian Pengantar dan Ikhtisar dari artikel ini.
44. Pasien dengan kulit gelap
Kamu dapat menggunakan manset (cuff) tekanan darah sebagai tourniquet ketika hendak melakukan pemasangan infus atau insersi IV Cath pada pasien dengan kulit gelap. Tekanan merata yang dihasilkan manset akan membuat distensi vena yang merata sehingga vena akan lebih jelas terlihat. Masih kurang jelas? Tenang, kan ada alcohol swab.
45. Vena dengan katup, gunakan teknik ini
Pernah lihat benjolan-benjolan kecil pada vena? Walaupun kecil, benjolan (katup) ini akan menghalangi dan mempersulit insersi. Jika masih ada vena yang bersih tanpa benjolan, gunakan vena tersebut.
Namun jika semua vena mempunyai benjolan?
Caranya : Segera setelah darah terlihat di flashback chamber, lepas tourniquet untuk meminimalisir tekanan vena, masukan intrafix ke catheter hub, dan masukan catheter dengan loading cairan normal saline untuk mengembangkan katup vena. Selain menggunakan inrafix, kamu juga dapat menggunakan spuit 3 cc untuk memasukan normal saline agar katup mengembang.
Hanya gunakan teknik nomor 45 JIKA DAN HANYA JIKA tidak ada lagi vena yang bisa di insersi selain vena dengan katup.
46. Pelajari seni distraksi
Meniup balon, bernyanyi atau menghitung bisa menjadi pengalihan perhatian yang baik ketika melakukan insersi pada pasien-pasien dengan pediatrik. Jangan lupa pula, libatkan keluarga sebagai support system distraction technique.
47. Panggil bantuan
Jangan memaksakan diri. Setelah gagal beberapa kali memasukan IV Cath, akan lebih baik untuk meminta bantuan kepada rekan sejawat lain yang lebih berpengalaman. Jangan pernah “menghabiskan” semua area insersi, panggil rekan sejawat jika telah 2 kali gagal.
48. Pasien dengan edema
Biasanya pasien-pasien dengan hipoalbumin, CHF, sirosis dan lain sebagainya akan memiliki edema. Bagaimana jadinya jika edema terjadi di kedua tangan dan kamu kesulitan untuk pemasangan infus atau insersi IV Cath?
Jika ada, gunakan ACE Wrap (pembalut tangan elastis) atau jika tidak ada bisa menggunakan kasa panjang. Balut tangan pasien yang hendak di insersi dan tinggikan selama 15-30 menit sampai bengkak berkurang.
Perhatikan ini : Ketika insersi, jangan memasukan kanula seluruhnya, hanya masukan 8/10 bagian kanula. Ini untuk menjaga agar ketika edema terjadi lagi, jaringan mempunyai sedikit ruang (2 bagian kanula) untuk bisa mengembang dan kanula tidak terdorong oleh edema.
49. Jika infusan macet dan tangan pasien bengkak
Jangan pernah memasukan cairan apapun ketika tangan pasien bengkak dan infusan macet. Karena mungkin bengkak terjadi karena adanya blood clot atau sumbatan darah. Jika kamu mendorongnya dengan cairan, sumbatan darah tersebut mungkin akan hancur atau justru mengalir lebih dalam dan menyumbat di vena yang lebih kecil.
Ini yang berbahaya.
Sehingga, lakukan pijatan lembut disepanjang vena, lalu lakukan kompres hangat. Jika tangan tidak membaik, cabut kanula dan pindahkan insersi di tangan yang lain.
50. Jika ke 49 tips telah dilakukan dan kamu masih gagal?
Mungkin kamu kurang percaya diri. Jangan pernah melakukan insersi jika kamu tidak yakin bahwa kamu dapat melakukannya. Walaupun untuk kali yang pertama, bangun dulu kepercayaan diri kamu. Yakinkan bahwa kamu pasti bisa. Ya, kamu pasti bisa!
Nah itulah 50 Tips Cara Pemasangan Infus (Insersi IV Kateter) dalam 1 Tusukan.
Jika ada hal yang kurang dimengerti, ada hal yang harus dikoreksi, silahkan sampaikan melalui kolom komentar dibawah ini.
Referensi
- Abolfotouh, M. A., Salam, M., Bani-Mustafa, A., White, D., & Balkhy, H. H. (2014). Prospective study of incidence and predictors of peripheral intravenous catheter-induced complications. Therapeutics and clinical risk management, (10) 993-1001.
- Ben Abdelaziz, R., Hafsi, H., Hajji, H., Boudabous, H., Ben Chehida, A., Mrabet, A., . . . Tebib, N. (2017). Full title: peripheral venous catheter complications in children: predisposing factors in a multicenter prospective cohort study. BMC Pediatrics, 17(1), 208-208. doi: 10.1186/s12887-017-0965-y
- Callaghan, S., Copnell, B., & Johnston, L. (2002). Comparison of two methods of peripheral intravenous cannula securement in the pediatric setting. Journal Of Infusion Nursing, 25(4), 256-264.
- Fidler, H. (2010). To splint or not to splint: securing the peripheral intravenous cannula. Advances In Neonatal Care (Elsevier Science), 10(4), 204-205
- Gabriel, J. (2010). Vascular access devices: securement and dressings. Nursing Standard (Royal College Of Nursing (Great Britain): 1987), 24(52), 41-46.
- Gunes, Aynur and Bramhagen, Ann-Cathrine (2018). Heparin or Sodium Chloride for Prolonging Peripheral Intravenous Catheter Use in Children – A Systematic Review. Journal of pediatric nursing
- Hadaway, L. C. (2009). I.V. rounds. Preventing and managing peripheral extravasation. Nursing, 39(10), 26-27
- Hugill, K. (2016). Is there an optimal way of securing peripheral IV catheters in children? British Journal of Nursing, 25(19), S20-S21. doi: 10.12968/bjon.2016.25.19.S20
- Inge J. J, A., Johanna A, H., Henriette T. M, W., Gert-Jan, v. d. W., Johannes M. M, G., & Kian D, L. (2011). Effectiveness of heparin solution versus normal saline in maintaining patency of intravenous locks in neonates: a double blind randomized controlled study. Journal of Advanced Nursing(12), 2677. doi: 10.1111/j.1365-2648.2011.05718.x
- Keogh, S., Flynn, J., Marsh, N., Mihala, G., Davies, K., & Rickard, C. (2016). Varied flushing frequency and volume to prevent peripheral intravenous catheter failure: a pilot, factorial randomised controlled trial in adult medical-surgical hospital patients (Vol. 17).
- Laudenbach, N., Carie A, B., Klaverkamp, L., & Hedman-Dennis, S. (2014). Peripheral IV Stabilization and the Rate of Complications in Children: An Exploratory Study. Journal of Pediatric Nursing, 29, 348-353. doi: 10.1016/j.pedn.2014.02.002
- Lim, E. Y. P., Wong, C. Y. W., Kek, L. K., Suhairi, S. S. B. M., & Yip, W. K. (2018). Improving the Visibility of Intravenous (IV) Site in Pediatric Patients to Reduce IV Site Related Complications – An Evidence-based Utilization Project (Vol. 41, pp. E39-E45).
- Lucchini, A., Angelini, S., Losurdo, L., Giuffrida, A., Vanini, S., Elli, S., . . . Fumagalli, R. (2015). [The impact of closed system and 7 days intravascular administration set replacement on catheter related infections in a general intensive care unit: a before-after study]. Assistenza Infermieristica E Ricerca: AIR, 34(3), 125-133. doi: 10.1702/2038.22138
- Malyon, Lorelle & Ullman, et al. (2014). Peripheral intravenous catheter duration and failure in paediatric acute care: A prospective cohort study. Emergency Medicine Australasia. 26. 10.1111/1742-6723.12305.Marsh, N., Webster, J., Mihala, G., & Rickard, C.
- M. (2015). Devices and dressings to secure peripheral venous catheters to prevent complications.
- Marsh, N., Webster, J., Mihala, G., & Rickard, C. M. (2015). Devices and dressings to secure peripheral venous catheters to prevent complications.
- Morris, W., & Tay, M. (2008). Strategies for preventing peripheral intravenous cannula infection. British Journal Of Nursing, 17(19), S14-21.
- O’Grady N, Alexander M, Burns L, Dellinger E, Garland J, et al. (2011) The Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee (HICPAC). Guidelines for the prevention of intravascular catheter-related infections. Clinical Journal of Infectious Diseases 2011 May;52(9): 1087–99.
- Phulara, U. (2018). Effectiveness of Normal Saline Flush versus Heparin Saline Flush in Maintaining the Patency of Peripheral Intravenous Cannula and on Occurrence of Intravenous Local Vascular Complications in Patients Receiving Intermittent Intravenous Medications, 51.
- Rickard, C. M., Marsh, N., Webster, J., Runnegar, N., Larsen, E., McGrail, M. R., . . . Playford, E. G. (2018). Dressings and securements for the prevention of peripheral intravenous catheter failure in adults (SAVE): a pragmatic, randomised controlled, superiority trial (Vol. 392, pp. 419-430).
- Rickard, C. M., Webster, J., Wallis, M. C., Marsh, N., McGrail, M. R., French, V., . . . Whitby, M. (2012). Routine versus clinically indicated replacement of peripheral intravenous catheters: a randomised controlled equivalence trial. Lancet, 380(9847), 1066-1074.
- Rickard, C. M., McCann, D., Munnings, J., & McGrail, M. R. (2010). Routine resite of peripheral intravenous devices every 3 days did not reduce complications compared with clinically indicated resite: a randomised controlled trial. BMC Medicine.
- Rickard, C. (2004). Prolonged use of intravenous administration sets: a randomised controlled trial.
- Rita, A., Hindra Irawan, S., & Pustika, A. (2013). Duration of peripheral intravenous catheter use and development of phlebitis. Paediatrica Indonesiana, Vol 53, Iss 2, Pp 117-20 (2013)(2), 117. doi: 10.14238/pi53.2.2013.117-20
- Smith, B., & Royer, T. I. (2007). New standards for improving peripheral i.v. catheter securement. Nursing, 37(3), 72-74.
- Tripathi, S., Kaushik, V., & Singh, V. (2008). Peripheral IVs: Factors Affecting Complications and Patency-A Randomized Controlled Trial, 182.
- Ullman, A., Marsh, N., & Rickard, C. (2017). Securement for vascular access devices: looking to the future. British Journal of Nursing, 26(8), S24-S26. doi: 10.12968/bjon.2017.26.8.S24
- Ullman AJ, Cooke ML, Gillies D, Marsh NM, Daud A, McGrail MR, O’Riordan E, Rickard CM. Optimal timing for intravascular administration set replacement. Cochrane Database of Systematic Reviews 2013, Issue 9.
- Webster, J. (2015). Clinically-indicated replacement versus routine replacement of peripheral venous catheters. Cochrane Database of Systematic Reviews(8).
- https://www.rch.org.au/rchcpg/hospital_clinical_guideline_index/Peripheral_Intravenous_IV_Device_Management/
16 Comments
Thank you for sharing. Ini bermanfaat banget, soalnya pernah trauma nungguin bapak di RS dan disuntik infus beberapa kali karena susah nemuin pembuluh nadinya ;(
Btw, blognya sudah sy follow ya. Mari berteman.
NERS, boleh izin share gk, mau bikin d ppt dan kemungkinan akan di sebarkan.
sumber tetap di cantumkan
terima kasih
Pernah lihat yang menepuk-nepuk gitu saat akan memasukkan jarum infus, mungkin itu yang dimaksud dengan menampar vena ya, wah kalau ada banyak alternatif yg tidak menimbulkan rasa sakit kenapa tidak memilihnya ya, atau bisa jadi minim pengetahuan … miris
Jadi perlu pake tips" juga ya bang ,
Trima kasih, sangat bermanfaat , terus berkarya
Sangat bermanfaat terutama baginseorang perawat jiwa seperti saya. Salam hangat
terima kasih banyak mba, saya jadi mengerti akan infus
Bagaimana cara pemasangan infus di kaki pada pasien syok atau fobia jarum? Tehnik yg d atas sdh dpkai tp msh gagal
Salam kenal, Mantap nih tipsnya, dekat dengan situasi dilapangan. Dibuat buku aja mas.. Sama mau tanya tehnik insersi yang direct dan indirect bgmn?
Hadeuh, ngeri, ini yg jd alasan sy untuk sllu mencoba sehat, jgn smpe sakit apalagi masuk RS, saya paling benci ditusuk seperti itu, #sakit, lebih baik sy bersusah payah hdp sehat drpd hrs dberikan perawaratan 'melukai diri' ky gtu
Hiks hiks hiks
Sy termasuk agak ngeri dg jarum
Sangat bermanfaat atuh mas
wah terimakasih ^-^
pengen banget ku share ke perawat yg nginfus aku. ya masa sampai 4 tusukan blm jd2 mas, sampai pegel biru2 gitu kulitku, ntah karena apa. kan keseeelll
Sama mbaa.. aku juga ditusuk sampe 5 kali Dan akhirnya dia nyerahhhðŸ˜. Mana sakit bgt
Saya sendiri sebenarnya agak takut-takut gimana gitu dengan jarum suntik,.apalagi waktu kecil dulu, sayakan kurus jadinya pas mau disuntik rasanya takut banget tapi sekarang enggak lagi karena saya sudah gede dan berotot,..he-he 😀😂