Kemarin malam, sebuah bencana kembali mengguncang negeri ini. Gempa sebesar 7,3 SR dan 6,9 SR mengguncang Jawa Barat yang berpusat di wilayah Tasikmalaya, Jawa barat.
Gempa bahkan terasa sampai ke berbagai daerah, seperti Ciamis, Pangandaran, Banyumas, Semarang, Depok, dan bahkan sampai ke Sumedang – tempat dimana saya berpijak saat ini.
Peringatan tsunami digalakan pemerintah yang kemudian berakhir 2 jamย setelah terjadinya potensi tsunami pasca-gempa susulan.
Berbagai media ramai memberitakan hal ihwal kejadian tersebut. Tercatat, 2 warga meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan bangunan. Belum lagi kerusakan bangunan dan infrastruktur lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Namun apa yang akan saya soroti bukanlah masalah penanganan ataupun data-data kerusakan pasca gempa tersebut. Melainkan sebuah postingan di salah satu group facebook keperawatan terbesar di Indonesia saat ini : Suara Perawat (anggota : 91.677 perawat dari seluruh nusantara).
Ada rasa yang tiba-tiba hadir dalam relung hati membaca postingan tersebut. Sebuah rasa yang mendalam akan rasa cinta dan memiliki profesi ini – baca : perawat -. Membayangkan bagaimana jikalau saya yang berada dalam posisi mereka.
Ya. Bagaimana jika saya dalam posisi mereka?
Ingin rasanya saya menghambur ke keluarga saya, memastikan bahwa mereka telah berada dalam area yang aman.
Ingin rasanya saya cepat-cepat menelpon mereka, untuk menanyakan kabar dan keadaan pasca gempa.
Atau, bagaimana jika?
Bagaimana jika keluarga saya sedang tertidur lelap dan tidak menyadari adanya gempa?
Bagaimana jika keluarga saya …
Bagaimana jika …
Begitu banyak keinginan yang membuncah di kepala. Namun, dalam sepersekian detik, seragam yang kami kenakan, sumpah yang telah kami ucapkan, hati yang tetap tegar, rasa cinta terhadap profesi dan sesama serta wawasan dan pengetahuan mengambil alih ego dan super-ego kami : Pasien adalah priotitas!
Sepersekian detik yang akhirnya sanggup menyelamatkan banyak jiwa.
Foto dari rekan saya, Yulia Risma Dewi (https://web.facebook.com/yulia.rismadewi) saat kejadian gempa RSUD Banyumas |
Ah rasanya sangat tak adil jika pengabdian ini hendak saya kait-kaitkan dengan urusan-urusan “tak berperikeperawatan” seperti masalah kesejahteraan ataupun maraknya penghinaan dan pelecehan profesi perawat akhir-akhir ini.
Namun apa daya, saya, dan juga rekan-rekan sejawat lainnya juga hanyalah manusia biasa. Butuh makan dan minum, biaya ini dan itu untuk menopang kehidupan ditengah derasnya arus perekonomian yang kian hari kian mencekik.
Kami, perawat, seperti halnya yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, mempunyai kebutuhan yang sama yang harus kami penuhi dalam menjalani kehidupan ini.
Sebuah kebutuhan yang – kami percayai dasar keilmuannya – akan menimbulkan masalah jika tidak terpenuhi. Sebuah hal yang akhirnya mendasari keilmuan kami dalam merawat pasien secara holistik meliputi aspek bio-psiko-sosial-spiritual.
Tidak peduli hujan, badai, panas terik, sakit sehat, bagaimanapun keadaan kami, kami tak pernah lelah berjalan dalam pengabdian ini.
Menerjang medan berat seperti rekan saya yang satu ini :ย Marsels
Totalitas tanpa batas demi kesehatan Indonesia – Perawat |
Atau seperti sejawat kitaย Nurse Andhaย di Pegunungan Arfak Papua Barat yang harus melalui jalan berbahaya demi untuk melaksanakan panggilan hati dan jiwanya merawat sesama.
Jalan yang harus dilalui oleh Perawat PKM Pegunungan Arfak Papua Barat |
Apapun halangan dan rintangannya, selalu kami hadapi dengan senyuman.
Perjuangan Perawat Indonesia |
Walaupun, tidak dipungkiri masih banyak di luaran sana yang mengeluhkan buruknya pelayanan yang kami berikan.
Perawat itu judes lah, jutek lah, malpraktek lah, ini lah, itu lah.
Satu hal yang seharusnya digaris bawahi dan mungkin “terlupakan” adalah kenyataan bahwa kami – perawat – hanyalah manusia. Sama seperti pasien-pasien kami, perawat juga hanyalah manusia biasa yang menjalani kehidupan dan pengabdian sebagai perawat.
Banjir bukan penghalang bagi kami untuk memberikan pelayanan kesehatan – Tamy Mahmudah |
Adakalanya, kami harus tetap berangkat dinas meskipun anak kami dirumah sedang sakit dan sangat membutuhkan perhatian orang tuanya.
Adakalanya, kami juga harus tetap berangkat dinas meskipun orang tua, sanak saudara, dan bahkan kami sendiri sedang sakit.
Keep on spirit! #saveperawatindonesia |
Kiranya, adalah suatu hal yang wajar jika kemudian kami terkadang terlihat judes, jutek, galak, sering ngomel ini itu. Seberapapun kami berusaha, emosi adalah fitrah manusia.
Melalui tulisan ini, saya sedikitpun tidak bermaksud untuk mewakili siapapun. Ini hanyalah sebuah curahan hati seorang perawat yang sedang tersentuh hatinya melihat kenyataan yang saat ini sedang terjadi.
Melalui tulisan ini, tidak ada sedikitpun maksud untuk membela atau merendahkan suatu profesi, namun untuk ukuran profesi yang berjuang demi kemanusiaan, berperang dengan penyakit dan berurusan dengan ambang hidup dan mati, kesejahteraan kami sangatlah tidak “berperikemanusiaan.”
Semoga kami semua selalu berada dalam lindungan Yang Maha Kuasa, Amiinn |
Padahal, jika saja mau sedikit bersusah payah, begitu banyak prestasi yang kami torehkan demi mengharumkan nama bangsa ini.
Perawat, sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan telah berhasil mensukseskan Program Jemput Bola Orang Sakit. Sumber berita : News Detik
Ya, asalkan kesejahteraan kami – perawat – diperhatikan pak! |
Tidak hanya di dalam negeri, perawat Indonesia juga telah ikut mengharumkan nama bangsa ini di dunia Internasional! Sumber berita : Metro TV Internasional
Belum lagi, rekan sejawat kita – Yanti Turang, Perawat Australia berdarah Indonesia – yang masuk dalam Daftar Tokoh Muda Berpengaruh Australia. Sumber berita : Nationalgeographic Indonesia
Yanti Turang (Australia) |
Yang paling membanggakan, sekaligus miris adalah penghargaan dari Pemerintah Jepang akan keramah-tamahan para perawat Indonesia yang bekerja di negeri Sakura tersebut.
93% perawat Indonesia dikenal rajin, ramah dan sangat memuaskan dalam hal pelayanan! Sumber berita : News Detik.
Terima kasih! |
Dan tidak hanya jepang, bahkan di mancanegara karena perawat Indonesia selain skill-nya bagus, mereka rata-rata ramah, sopan, dan pekerja keras! –ย MENTERI Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek
Sumber :ย http://mediaindonesia.com/news/read/117856/perawat-ri-diminati-di-mancanegara/2017-08-16 |
Fakta ini begitu kontras dengan apa yang terjadi di dalam negeri, dimana tingkat kesejahteraan yang belum “berperikeperawatan dan berperikemanusiaan”, maraknya persekusi, pelecehan dan penghinaan terhadap tenaga kesehatan khususnya perawat, dan masih banyak masalah-masalahย lainnya.
Ada yang memberi obat tanpa senyum, perawat yang dipersekusi. Padahal, yang memberi obat tidak hanya perawat!
Ada yang membantu persalinan dengan kasar, perawat lagi yang dipersekusi. Padahal, yang membantu persalinan tidak hanya perawat!
Tidak diterima di IGD karena berbagai alasan, yang disalahkan siapa? Perawat!
Perawat di daerah terpencil, tidak ada dokter, sekalinya memberi pengobatan demi menolong sesama, dituduh malpraktik!
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah : arti perawat bagi kalian – masyarakat – seperti apa?
Apakah hanya sebagai pembantu profesi lain, lantas dipersekusi pun tidak jadi masalah?
Kami kuliah, kami belajar, sama seperti halnya tenaga kesehatan lain, bahkan biaya kuliah kami, tidak sebanding dengan pendapatan yang kami hasilkan, kami gadaikan masa-masa muda menyenangkan kami demi berfikir keras di ruang lab atau praktik di rumah sakit, dan kalian seenaknya menyebut kami sebagai pembantu profesi tetangga? Dipersekusi lagi!
Buka mata dan hati kalian. Untuk ukuran profesi yang berjuang demi kemanusiaan, apakah gaji Rp. 1.200.000/bulan cukup?
Malah, tenaga honorer di Puskesmas sana, gajinya ada yang hanya Rp. 150.000 – 300.000/bulan!
Dan kalian dengan seenaknya mem-persekusi kami?
Saran saya, jangan berobat di Indonesia. Singapura, Jepang, pilihlah mana yang lebih kalian sukai. Perawat disana ramah-ramah. Fasilitas wah bak hotel berbintang. Namun tentunya, ada harga yang harus dibayar, dan : MAHAL!
Kenapa? Karena sehat itu mahal!
Sekalinya sakit, kalian harus pergi ke pelayanan kesehatan, bertemu perawat – dokter – bidan – farmasis – apoteker – radiografer – analis, lantas mereka yang mengobati kalian, menanggung resiko terpapar penyakit yang kalian alami, dengan TANPA adanya jaminan yang cukup untuk kesejahteraan mereka.
Seperti yang saya bilang diawal, tidak etis rasanya mencampur-adukan pengabdian ini dengan urusan-urusan materiil. Biarlah para pemangku kebijakan berfikir, dan mudah-mudahan ada yang tersentuh hatinya lantas memperjuangkan kesejahteraan kami ini.
Namun setidaknya, melalui tulisan ini saya ingin mengingatkan kepada diri saya sendiri dan juga pembaca yang budiman sekalian bahwasannya inilah potret profesi yang berjuang demi kemanusiaan dengan pendapatan yang tidak berperikemanusiaan.
Bahwasannya inilah potret profesi yang berjuang demi kemanusiaan namun selalu dipersekusi, dilecehkan dan dihinakan sebagai pembantu profesi lain.
Untukmu Indonesiaku, walaupun dengan segudang permasalahan yang ada, persekusi tiada henti, kesejahteraan yang tak kunjung cukup, kami akan tetap melaksanakan tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepada siapapun juga.
Untukmu Indonesiaku, walaupun dengan segudang permasalahan yang ada, persekusi tiada henti, kesejahteraan yang tak kunjung cukup, kami akan tetap mengabdi dengan senantiasa menjunjung tinggi ilmu keperawatan dan mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan tetap akan menjaga rahasia kecuali jika diperlukan untuk kepentingan hukum.
Untukmu Indonesiaku, walaupun dengan segudang permasalahan yang ada, persekusi tiada henti, kesejahteraan yang tak kunjung cukup, kami akan tetap mengabdi, serta akan setia, taat kepada Negara Republik Indonesia, mempertahankan, mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945, serta peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia.
Untukmu Indonesiaku, walaupun dengan segudang permasalahan yang ada, persekusi tiada henti, kesejahteraan yang tak kunjung cukup, kami senantiasa akan menjalankan tugas dan wewenang kami ini dengan sungguh-sungguh, saksama, obyektif, jujur, berani, adil, tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras, jender, dan golongan tertentu dan akan melaksanakan kewajiban kami dengan sebaik-baiknya serta bertanggung jawab sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa dan negara.
Untukmu Indonesiaku, walaupun dengan segudang permasalahan yang ada, persekusi tiada henti, kesejahteraan yang tak kunjung cukup, kami akan tetap mengabdi, dan senantiasa akan menolak atau tidak menerima atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun juga dan kami akan tetap teguh melaksanakan tugas dan wewenang kami sesuai yang diamanatkan Undang-Undang kepada kami.”
Karena Untukmu Indonesiaku, Jiwa Raga Kami!
***
Sumber Gambar :
[ Nerslicious, inspired by Kemdikbud – Model : Rima MFD ] [ 2 Dst : Suara Perawat Facebook Group ]
No Comments
Perawat salah satu pahlawan bangsa. Jaya terus Perawat Indonesia ๐
terus semangat mas. salut.
Terima kasih bapak ibu perawat, adik ipar ku juga perawat lho, senang sekali melihat pengabdiannya yang tulus
MasyaAllah :))
Saya terharu banget sampai berkaca-kaca baca paragraf:
"Begitu banyak keinginan yang membuncah di kepala. Namun, dalam sepersekian detik, seragam yang kami kenakan, sumpah yang telah kami ucapkan, hati yang tetap tegar, rasa cinta terhadap profesi dan sesama serta wawasan dan pengetahuan mengambil alih ego dan super-ego kami : Pasien adalah priotitas!"
Profesi perawat buat saya itu jauh (maksudnya di keluarga besar gak ada), taunya ya di rumah sakit doang atau klinik. Jadinya ya gak familiar.
Tapi dari artikel ini, waah~ semua profesi itu sama pentingnya. Gak ada yang lebih berjasa atau lebih hebat. Perawat kek, guru, pilot, polisi. Karena kita sama2 manusia. Lagian tiap profesi juga saling bergnatung satu sama lain.
Orang gak bakal jadi perawat kalo gak ada guru yang mengajari, dan polisi kalau sakit juga ada campur tangan perawat, dan lain-lain.
Keep proud and loyal with your job bang!
Waah, saya baru tau kalau Indonesia jadi perawat favorite di Jepang. Infontentang perawat ini jadi bikin makin menghormati profesi termasuk perawat. Semoga semua pengorbanannya terbayar kelak ๐