Pelajari 7 langkah mudah interpretasi EKG menggunakan pendekatan yang sistematis dan mudah difahami oleh mahasiswa perawat sekalipun.
(Elektrokardiogram) adalah gambaran konduksi listrik jantung. Dengan memeriksa perubahan dari normal EKG, dokter dapat mengidentifikasi banyak proses penyakit jantung.
Ada dua cara untuk membaca EKG – pengenalan pola (paling umum) dan memahami vektor listrik yang tepat yang direkam oleh EKG karena vektor listrik berhubungan dengan elektrofisiologi jantung – dan kebanyakan orang belajar kombinasi dari keduanya.
Tutorial ini menggabungkan pendekatan keduanya, karena mendasarkan interpretasi EKG pada pengenalan pola saja seringkali membingungkan dan tidak akan cukup.
Bagian-Bagian EKG
EKG standar memiliki 12 lead. Enam lead disebut “limb lead” karena ditempatkan di lengan dan / atau kaki individu. Enam lead lainnya disebut “prekordial lead” karena ditempatkan pada tubuh (prekordium) individu.
Ke enam limb lead disebut lead I, II, III, aVL, aVR dan aVF. Huruf “a” adalah singkatan dari “augmented” dan merupakan kombinasi dari lead I, II dan III.
Enam prekordial lead disebut V1, V2, V3, V4, V5 dan V6.
Interpretasi Normal EKG
EKG normal harus mempunyai gelombang, interval, segmen dan satu kompleks. Semuanya dijelaskan dibawah ini.
- Gelombang : Defleksi positif atau negatif dari garis dasar menunjukan peristiwa listrik tertentu. Gelombang pada EKG diantaranya gelombang P, gelombang Q, gelombang R, gelombang S, gelombang T dan gelombang U.
- Interval : Waktu antara dua peristiwa EKG yang spesifik. Interval yang biasanya diukur pada EKG adalah interval PR, interval QRS (disebut juga durasi QRS), interval QT dan interval RR.
- Segmen : Panjang antara dua titik spesifik pada EKG yang seharusnya berada pada amplitudo garis dasar (tidak negatif atau positif). Segmen pada EKG adalah PR segmen, ST segmen dan TP segmen.
- Kompleks : Kombinasi beberapa gelombang yang dikelompokan bersama. Satu-satunya kompleks pada EKG adalah QRS Kompleks.
- Poin : Hanya ada satu poin dalam EKG yang disebut Poin J atau titik J yang merupakan titik dimana QRS Kompleks berakhir dan ST segmen dimulai.
Bagian utama dari EKG mengandung gelombang P, QRS Kompleks dan gelombang T. Masing-masing akan dijelaskan secara individual dalam tutorial ini.
1. Gelombang P
- Gelombang P menunjukan depolarisasi atrium.
- Gelombang P terbentuk ketika sinus node (sinoatrial node – SA Node) memberikan stimulus sehingga terjadi depolarisasi atrium.
- Gelombang P harus tegak lurus di lead II jika stimulus berasal dari SA node. Dalam hal ini, gelombang EKG disebut irama sinus normal atau sinus rhytm atau NSR (Normal Sinus Rhytm).
- Selama depolarisasi atrium mampu menyebar melalui atioventrikular (AV node) ke ventrikel, setiap gelombang P harus diikuti oleh QRS kompleks.
- Pembesaran atrium dapat memperlebar gelombang P atau meningkatkan amplitudo gelombang P.
- Ritme atrium ektopik dapat mengubah morfologi normal gelombang P.
- Ada banyak irama jantung dimana gelombang P tidak dapat diidentifikasi, termasuk alam fibrilasi atrium dan kadang-kadang dalam irama junctional.
- Kadang-kadang gelombang P terkubur di ujung QRS kompleks yang menyebabkan skenario “short RP” seperti yang biasa terlihat dalam AVRT (atrioventricular reentrant tachycardia).
2. QRS Kompleks
- QRS Kompleks yang terdiri dari gelombang Q, gelombang R dan gelombang S mewakili depolarisasi ventrikel.
- Tidak semua lead dalam EKG mengandung ketiga gelombang ini.
- Sebagai contoh …QRS Kompleks normal pada lead V1 tidak mengandung gelombang Q – hanya mengandung gelombang R dan gelombang S – namun tetap saja kombinasi dari gelombang R dan gelombang S tersebut masih disebut sebagai QRS Kompleks.
- Durasi normal (interval) ari QRS Kompleks adalah antara 0,08 dan 0,10 detik – 80 dan 100 milidetik .Ketika durasi antara 0,10 dan 0,12 detik, disebut intermediate atau prolonge QRS Kompleks (QRS Kompleks Memanjang).
- Durasi QRS yang lebih besar dari 0,12 detik dianggap tidak normal.
- Durasi QRS akan memanjang ketika aktivitas listrik membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan perjalanan ke seluruh miokardium ventrikel.
- Sistem konduksi normal dalam ventrikel disebut sistem His-Purkinje dan terdiri dari sel-sel yang dapat menghantarkan listrik cukup cepat.Dengan demikian, konduksi normal dari impuls listrik melalui AV node kemudian ke ventrikel melalui sistem His-Purkinje haruslah cepat sehingga menghasilkan durasi QRS yang normal.
- Ketika aktivitas listrik tidak melalui sistem His-Purkinje, tetapi melalui myocyte ke myocyte, waktu perjalanan yang diperlukan akan lebih lama sehingga durasi QRS akan lebih lama atau memanjang.
- Durasi QRS yang memanjang terjadi dalam ventrikular aritmia seperti ventrikular takikardia dan non-specific intraventricular conduction delay.
3. Gelombang T
- Gelombang T yang muncul setelah QRS Kompleks menunjukan repolarisasi ventrikel.
- Gelombang T harus tegak lurus di sebagian besar lead, kecuali pada lead aVR dan V1.
- Lebih lanjut, gelombang T harus bersifat asimetris.
- Bagian kedua dari gelombang T harus memiliki penurunan yang lebih curam jika dibandingkan dengan kemiringan dari bagian pertama.
- Jika gelombang T muncul secara simetris, patologi jantung seperti iskemia mungkin terjadi.
Menghitung Heart Rate EKG
Salah satu cara mudah dan cepat dalam mengukur ventrikel rate atau laju ventrikel adalah dengan memeriksa RR Interval – yaitu, jarak antara dua gelombang R berturut-turut – dan menggunakan skala standar untuk menemukan angka tersebut.
- Jika 2 gelombang R berturut-turut dipisahkan oleh hanya 1 kotak besar, maka kecepatannya adalah 300 bpm (denyut per menit).
- Jika 2 gelombang R berturut-turut dipisahkan oleh 2 blok besar, maka laju ventrikel adalah 150 bpm.
- Jika 2 gelombang R berturut-turut dipisahkan oleh 8 kotak besar, maka kecepatannya adalah 37 bpm.
Penjelasan bergambar dari metode ini ditunjukan dibawah ini.
Cara cepat lain untuk menghitung heart rate adalah dengan menghitung jumlah QRS Kompleks dan dikalikan dengan 6, maka beat per minute (bpm) dapat diketahui.
Kenapa dikali 6? Karena standar EKG 12-Lead adalah 10 detik. Sedangkan 10 detik dikali 6 sama dengan 60 detik atau 1 menit. Metode ini digunakan ketika QRS Kompleks tidak teratur, seperti pada fibrilasi atrium yang dalam hal ini Interval RR dapat bervariasi.
Baca lebih lanjut mengenai cara menghitung heart rate EKG: Cara Mudah menghitung Heart Rate EKG
Setelah memahami dasar-dasar EKG, selanjutnya kita juga harus memahami fisiologis dari aktivitas elektrik jantung nya. Hal ini nantinya akan memperkuat pemahaman mengenai aktivitas depolarisasi dan repolarisasi jantung.
Fisiologi Aktivitas Elektrik Jantung
Untuk memahami dan mampu menginterpretasikan gambaran elektrokardiografi (EKG) dengan baik, kita harus memahami lebih dulu bagaimana fisiologi elektrik yang terjadi dalam jantung. Berikut akan dipaparkan secara perlahan.
Jantung memiliki sistem konduksi mulai dari SA node sampai serat Purkinje. Dapat dilihat pada gambar seperti berikut:
- Sinoatrial (SA) node: merupakan pacemaker dominan, terletak pada atrium kanan, dengan laju intrinsik 60–100 denyut per menit. Ini yang dijadikan panduan detak jantung normal.
- Internodal Pathway: impuls langsung antara SA node dan AV node dan menyebar di sekitar otot-otot atrium.
- Atrioventrikular (AV) node: bagian dari jaringan AV junction, yaitu sebagian jaringan sekitarnya, dan terhubung dengan Bundle of His. Di AV node ini konduksi berjalan lambat karena terdapat delay electrical impuls menuju ventrikel. Laju intriksi di AV node ini mencapai 40–60 denyut per menit.
- Bundle of His: terletak di atas septum interventrikel. Serat saraf ini terentang dari AV node ke percabangan bundle tersebut.
- Left Bundle Branch: mengkonduksi impuls elektrik ke ventrikel kiri
- Right Bundle Branch: mengkonduksi impuls elektrik ke ventrikel kanan
- Sistem Purkinje: Di berkas cabang ini impuls akan disebarkan ke dinding ventrikel. Kecepatan intrinsik mencapai 20–40 denyut per menit.
Selain itu terdapat 2 aktivitas utama elektrik jantung, yaitu depolarisasi dan repolarisasi. Untuk lebih mudah memahaminya, dapat dilihat pada gambar berikut:
Terdapat 1 sel yang mengalami depolarisasi
Sel tersebut menimbulkan gelombang depolarisasi ke sel sebelahnya
Ketika semua sel terdepolarisasi, gelombang akan berhenti
Repolarisasi akan merestorasi polaritas dari tiap sel
Namun dalam tampilan makro, proses depolarisasi dan repolarisasi akan berlangsung progresif dan simultan seperti gambar dibawah:
Elektrokardiograf (EKG) bekerja dengan mendeteksi aktivitas elektrik pada permukaan kulit. Aktivitas elektrik jantung dapat diketahui dengan mengukur perbedaan voltase antar elektroda lalu diamplifikasi dan ditampilkan dalam monitor.
Satu elektrode mewakili satu sudut pandang (arah) aktivitas jantung, sehingga beberapa elektrode dapat menggambarkan aktivitas jantung secara menyeluruh.
Namun kesalahan dalam meletakkan elektrode juga dapat menimbulkan kesalahan dalam interpretasi.
7 Langkah Mudah Interpretasi EKG
Untuk membaca EKG perlu kita ketahui standar dalam pembacaan. Kecepatan perekaman standar yaitu 25 mm/detik.
Interpretasi EKG dapat mudah dilakukan secara sistematis dengan menyebutkan komponen-komponen sebagai berikut:
- Ritme
- Laju
- Morfologi gelombang P
- Interval PR
- Kompleks QRS
- Segmen ST
- Gelombang T
- Interval Qt
- Kelainan yang ada: misal infark, LVH, RVH, RBBB, LBBB, dll.
Ritme: lihat Lead II panjang
- reguler dan ireguler, lihat interval P-P atau R-R, bila sama berarti reguler. Gunakan kertas kosong untuk menandai interval P-P atau R-R.
- reguler: interval konsisten
- regularly irreguler: terdapat pola iregular yang berulang
- ireguler: tidak ada pola sama sekali
Laju: lihat Lead II panjang. Ada 3 metode:
- 300 dibagi jumlah kotak besar R-R
- 1500 dibagi jumlah kotak kecil antara R-R
- Hitung jumlah gelombang QRS dalam 6 detik (1 detik ada 5 kotak besar), kemudian dikalikan 10 (metode ini untuk sinus aritmia saja). Atau jika memungkinkan hitung R-R dalam 60 detik.
- rate normal 60–100 denyut per menit
- bradikardia itu <60 denyut per menit takikardia itu >100 denyut per menit
Morfologi Gelombang P: liat Lead II panjang, gelombang P selalu positif (menghadap atas)
- normal /\
- berlekuk /\/\ = dilatasi atrium kiri
- runcing tinggi /\ = dilatasi atrium kanan
- inversi \/ = dilatasi atrium kiri
- jika tidak ada gelombang P, artinya irama junctional atau ventrikular
Interval PR: liat Lead II
- normal: 0,12–0,20 detik (3–5 kotak kecil) dan konstan
Kompleks QRS: liat Lead I, aVF, dan Lead II
- Axis: liat Lead I dan lead aVF, tentukan resultan “arah gaya”-nya, normal bila -300 sampai +1100 namun bila sudah Lead I dan aVF positif sudah pasti normo axis
- Durasi: liat Lead II
- kurang dari 0,10 detik (kecuali bila ada gangguan konduksi intraventrikel)
Interval QT: Jarak dari awal QRS ke akhir gelombang T.
- Jika ada maka liat aja dari bacaan analisis EKG, normalnya 0.3–0.44 detik, atau kurang dari setengah interval R-R. QTc interval yaitu QT/akar dari R-R interval.
Kelainan Pada Hasil Interpretasi EKG
1. Infark Miokard
Lihat segment ST, gelombang Q, dan gelombang T
Segmen ST: lihat lead yang berdekatan. Elevasi bermakna bila:
- elevasi ≥ 1 kotak kecil pada sadapan ekstremitas
- elevasi ≥ 2 kotak kecil pada sadapan prekordial di dua atau lebih sadapan yang menghadap daerah anatomi jantung yang sama
- Lokasi Infark, ada beberapa yaitu:
- Anterior = V3, V4
- Anteroseptal = V1, V2, V3, V4
- Anterior ekstensif = I, aVL, V2-V6
- Anterolateral = I, aVL, V3, V4, V5, V6
- Inferior = II, III, aVF
- Lateral = I, aVL, V5, V6
- Septum = V1, V2
- Posterior = V7, V8, V9
- Ventrikel Kanan = V3R, V4R
Gelombang Q patologis: menunjukkan adanya infark lama
- gelombang Q berdurasi 0.04 detik
- dalamnya minimal 1/3 tinggi gelombang R pada kompleks QRS yang sama
Gelombang T: normalnya <5 mm pada lead ekstremitas atau <10 mm pada lead prekordial. Curigai adanya infark akut bila ada tall-T (infark fase hiperakut) atau T wave inverted (infark fase akut lanjutan).
2. Pembesaran Atrium
Pembesaran Atrium Kiri:
- durasi P > 11 detik
- gelombang P berlekuk/notched di lead I, II, aVL, disebut P mitral
- gelombang P bifasik di lead V1 dengan inversi lebih dominan
Pembesaran Atrium Kanan:
- gelombang P tinggi > 2.5 mm di lead II, III, aVF, disebut P pulmonal
- gelombang P bifasik di lead V1 dan dominan defleksi positif
3. Hipertrofi Ventrikel
- Hipertrofi Ventrikel Kiri: tinggi gelombang R di aVL ≥ 11 mm, atau tinggi gelombang R di V5 atau V6 > 27 mm, atau dalamnya gelombang S di V1 + tinggi gelombang R di V5 atau V6 > 35 mm
- Hipertrofi Ventrikel Kanan: deviasi aksis ke kanan, gelombang R tinggi disertai depresi segment ST dan T terbalik di lead II, III, aVF, atau gelombang R tinggi di lead V1, rasio R/S > 1 atau durasi R > 0.03 detik
4. Blok Berkas Cabang
- Right Bundle Branch Block (RBBB): pola rSR’ di lead aVR dan V1 = kuping kelinci, gelombang S lebar (durasi ≥ 0.04 detik) dan tumpul (slurred) di lead I, aVL, V5, dan V6, durasi kompleks QRS > 0.12 detik (blok komplit) atau antara 0.10–0.12 detik (blok tidak komplit)
- Left Bundle Branch Block (LBBB): kompleks QRS lebar dan bertakik (berbentuk huruf M) di lead I, aVL, V5, dan V6, tidak dijumpai gelombang Q di lead I, V5, dan V6, kadang disertai depresi segment ST dan gelombang T inversi di sadapan I, aVL, V5, dan V6, durasi kompleks QRS > 0.12 detik (blok komplit) atau antara 0.10–0.12 detik (blok tidak komplit
5. Sindrom Long/Short QT
- Long QT: interval Qtc (corrected QT) >0.44 dianggap abnormal
- Short QT: interval Qtc (corrected QT) ≤ 0.30 dianggap abnormal
6. Ventricular Extra Systole (VES) atau Premature Ventricular Complex (PVC)
- Uniformis atau multiformis
- R on T: gelombang R dari PVC jatuh pada gelombang T denyutan sebelumnya
- Berpasangan (couplet)
- Bigeminal: 1 PVC di antara 2 kompleks QRS
- Trigeminal: 1 PVC di antara 3 kompleks QRS
- Quadrigeminal: 1 PVC di antara 4 kompleks QRS
7. Blok AV (kuncinya lihat interval PR)
Derajat 1:
- interval PR >0.20 detik namun konstan/tetap
Derajat 2:
- Tipe 1: interval PR semakin lama makin panjang sampai suatu saat ada P yang tidak diikuti QRS. Pada tipe ini blok terjadi di nodus AV
- Tipe 2: interval PR konstan namun tidak diikuti QRS. Pada tipe ini blok terjadi pada berkas cabang
Derajat 3:
- interval P-P konstan namun QRS jalan sendiri. Pada tipe ini tidak ada hantaran sama sekali dari atrium ke ventrikel
Gambaran EKG pada Kondisi Lain
- Pacu jantung: adanya spike. Bila ada 1 berarti terpasang di salah satu chamber [atrium kanan (akan terlihat spike diikuti gelombang P) atau ventrikel kanan (spike diikuti QRS)]. Bisa terdapat 2 spike bila terpasang di 2 chamber dan berjalan secara simultan menyerupai fisiologis jantung normal.
- Efek Obat Digitalis: adanya depresi segmen ST asimetris berbentuk sekop, pemendekan interval QT, pemanjangan PR, gelombang T datar atau inverted.
- Hiperkalemia: gelombang T tinggi, kalau kalium >8 bisa asistol.
- Hipokalemia: depresi segmen ST, pemanjangan interval QT, flat-T, serta muncul gelombang U.
- Hipokalsemia: pemanjangan interval QT, segmen ST mendatar dan bertambah lebar.
- Hiperkalsemia: pemendekan interval QT dan segmen ST memendek
- Perikarditis: sinus takikardia dengan elevasi segmen ST difus hampir di semua sadapan, dan ada depresi segmen PR di lead II.
- Emboli paru akut: adanya hipertrofi ventrikel kanan, adanya pola S1Q3T3 (S lebar di lead I, adanya gelombang Q dan T inverted di lead III. Sinus takikardia, mungkin ada RAD, RBBB.
- Kelainan SSP: kelainan berupa stroke non-hemoragik atau perdarahan subarachnoid, yakni terdapat sinus bradikardia, inversi gelombang T difus yang dalam dan lebar, gelombang U menonjol.
- PPOK: dilatasi atrium kanan dan hipertrofi ventrikel kanan, deviasi aksis ke kanan, kompleks dengan amplitudo rendah.
Bacaan Lanjutan
Kesimpulan
EKG merupakan alat yang sangat baik untuk mendeteksi kelainan jantung. Kesalahan dalam posisi elektrode dapat menyebabkan kesalahan interpretasi. EKG normal tidak dapat mengeksklusi penyakit jantung. Tatalaksana penyakit jantung tidak semata melihat EKG namun lebih melihat kepada tanda dan gejala klinis pasien yang kita hadapi.
Referensi :
- Chou’s Electrocardiography in Clinical Practice: Adult and Pediatric, Sixth Edition, Saunders, Philadelphia, 2008.
- Surawicz B et al. ACC/AHA recommendations for the standardization and interpretation of the electrocardiogram. Circulation. 2009;119:e235-240.
- Author: James Heilman, MD (Own work) – Fast atrial fibrillation – via Wikimedia Commons – Licence: CC BY-SA 3.0
- Author:Michael Rosengarten BEng, MD.McGill – Right axis deviation – via Wikimedia Commons – Licence: CC BY-SA 3.0
- Author: James Heilman, MD (Own work) – Mobitz type 2 AV block – via Wikimedia Commons – Licence: CC BY-SA 3.0
- Author: James Heilman, MD (Own work) – Complete heart block – via Wikimedia Commons – Licence: CC BY-SA 3.0
- Author: James Heilman, MD (Own work) – Delta wave – via Wikimedia Commons – Licence: CC BY-SA 3.0
- Author: Michael Rosengarten BEng, MD.McGill – Q-waves – via Wikimedia Commons – Licence: CC BY-SA 3.0
- Author: Michael Rosengarten BEng, MD.McGill – Poor R-wave progression – via Wikimedia Commons – Licence: CC BY-SA 3.0
- Author: Michael Rosengarten BEng, MD.McGill – Tall tented T-waves – via Wikimedia Commons – Licence: CC BY-SA 3.0
- Author: CardioNetworks – T-wave morphology – via Wikimedia Commons – Licence: CC BY-SA 3.0
- Author: James Heilman, MD (Own work) – U-wave – via Wikimedia Commons – Licence: CC BY-SA 3.0
- Author: Michael Rosengarten BEng, MD.McGill – Left axis deviation – via Wikimedia Commons – Licence: CC BY-SA 3.0
1 Comment
Senang sekali menemukan website ini, begitu banyak yang bisa dipelajari dsini terima kasih,,