Hanya dalam 1 bulan, saya berhasil menurunkan bounce rate sampai 10% lebih dengan menggunakan satu teknik ini. Dan bahkan, mungkin bisa sampai 20% lebih jika Anda mempunyai artikel yang lebih banyak dari saya. Bagaimana saya melakukannya? Yuk lanjutkan membaca karena rahasianya akan saya beberkan disini!
Terkadang kita, termasuk saya sendiri, sebagai seorang blogger ‘terlalu’ fokus untuk menulis artikel saja. Riset ini itu, mencari sumber disana sini, mengedit, mengecek tulisan, mencari gambar, dan membuat tulisan tersebut menarik serta enak dibaca …
Lalu kita klik Publish …
Setelahnya, apa yang terjadi? Selesaikah pekerjaan kita? Ataukah kembali berfikir untuk menulis artikel selanjutnya, mengulangi tahap yang tadi disebutkan diatas dan lalu klik publish kembali?
Jangan dulu dijawab, lanjutkan membaca.
Akhir-akhir ini, terus terang, saya lebih banyak membaca artikel-artikel dari luar. Hal yang selama ini jarang saya lakukan. Bukan karena sok, bukan karena sombong juga, melainkan karena artikel mereka berkelanjutan.
Sehingga, saya yang tadinya hendak membaca satu artikel, jadi kebablasan sampai 5 artikel bahkan lebih.
Efeknya, beberapa rutinitas yang biasanya saya lakukan, seperti membalas komentar, blogwalking, dan membuat draft post, jadi terbengkalai. Dan saya mohon maaf atas hal tersebut.
Yang jadi pertanyaan saya, lho kok bisa jadi kebablasan? Apakah artikel mereka sempurna? No. Apakah artikel mereka panjang dan berbobot? No. Lalu apa?
Mereka menggunakan momentum rasa penasaran manusia dengan sangat baik. Dan hal itulah yang akan saya bahas dan sharing dengan Anda saat ini :
Bagaimana Cara Menurunkan Bounce Rate dengan Teknik Momentum
Saya menyebutnya Teknik Momentum. Dan ini hanya bahasa saya saja. Karena saya tidak mengetahui istilah aslinya dan belum menemukan ada blogger lain yang membahas teknik seperti ini.
Kebanyakan hanya berkisar pada Teknik Internal Link Building.
Agar tidak bingung, untuk Anda yang belum mengetahui tentang Bounce Rate dan apa efeknya terhadap blog, maka saya sarankan untuk membaca artikel ini terlebih dahulu : Apa Itu Bounce Rate?
Teknik momentum ini sebenarnya tidak jauh beda dengan teknik link building, yaitu mengaitkan satu artikel ke artikel lainnya dengan tujuan optimasi internal link.
Namun, dengan cara yang lebih elegan dan membutuhkan usaha yang lumayan sulit.
Kenapa?
Pertama : Karena kebanyakan blogger – termasuk saya – membangun internal link dengan cara mengaitkan artikel yang mempunyai topik yang sama, menggunakan anchor text secara natural dalam postingan, dan semuanya berupa artikel dengan topik yang luas, tanpa adanya keterkaitan yang signifikan diantara artikel-artikel tersebut.
Poin pentingnya ada 3 :
- Topik yang sama
- Menggunakan anchor text natural dalam postingan
- Topik yang dibahas luas
Dan berikut contoh dari hal tersebut :
Contoh internal link dengan anchor text natual |
Penting : Algoritma Google yang di update Desember 2017 menyatakan bahwa internal link building berupa anchor text dalam artikel menyalahi pedoman kualitas Google. Untuk beritanya, bisa Anda baca disini :
Algoritma Google 2018 : Panduan Link Scheme Google
Kedua : Karena kebanyakan blogger – termasuk saya – malas untuk sedikit memodifikasi internal link. Maunya yang simpel-simpel. Akhirnya, hanya mengikuti trend yang sudah turun temurun dan menggunakan teknik internal link building hanya dengan menambahkan kata : Baca ini.
Dan berikut contoh dari hal tersebut :
Contoh internal link dengan penggunaan kata “baca” |
Kedua hal tersebut terjadi karena kita selalu terpaku kepada membuat artikelnya saja, tanpa memikirkan pengalaman yang akan pengunjung dapatkan ketika membaca artikel tersebut.
Padahal, jika saja jeli sedikit, kita bisa memodifikasi teknik internal link building menjadi teknik momentum yang akan meningkatkan page view dan menurunkan bounce rate secara signifikan!
Bagaimana caranya?
Perlakukan setiap artikel yang kita tulis sebagai pendahuluan untuk artikel selanjutnya.
Jadi, Teknik Momentum adalah salah satu teknik internal link building dengan menstimulasi rasa penasaran manusia lebih dalam dengan memperlakukan setiap artikel yang ditulis sebagai pendahuluan untuk artikel yang akan ditulis selanjutnya.
Mari balik lagi ke pertanyaan diawal artikel yang belum dijawab, saran saya :
Bagaimana jika, sebelum kita langsung klik publish – kemudian berfikir kembali untuk menulis artikel selanjutnya lalu klik publish lagi, sebaiknya kita berhenti sejenak dan tanyakan pada diri sendiri bagaimana caranya agar artikel yang terakhir saya tulis bisa berhubungan dengan artikel ini?
Contohnya artikel ini.
Artikel yang terakhir saya tulis berjudul Apa Itu Bounce Rate? Dan artikel yang sedang Anda baca saat ini berjudul Cara Menurunkan Bounce Rate dengan Teknik Momentum.
Sehingga, diawal artikel saya menganjurkan :
Agar tidak bingung, untuk Anda yang belum mengetahui tentang Bounce Rate dan apa efeknya terhadap blog, maka saya sarankan untuk membaca artikel ini terlebih dahulu : Apa Itu Bounce Rate?
Teknik ini terbilang sangat efektif. Karena dengan kalimat tersebut, rasa penasaran pembaca lebih terpancing lebih dalam. Sehingga akhirnya mau tidak mau, mereka meng-klik sugesti tersebut dan membaca artikelnya.
Beberapa blogger papan atas yang menggunakan teknik ini diantaranya Pro Blogger dan Neil Patel. Adapun untuk dalam negeri bisa kita sebut Blogodolar, Panduan IM, dan Mas Sugeng.
Sehingga tidak heran jika ketika membaca artikel mereka, kita seakan diajak berpetualang menelusuri setiap inchi dari lautan ilmu yang mereka tulis.
Bandingkan dengan teknik yang hanya menggunakan kata : Baca, Baca ini atau Baca juga.
Teknik tersebut terkesan seperti suruhan. Dan mau tidak mau, sifat ego manusia yang tidak mau disuruh-suruh mempengaruhi keputusan pengunjung dalam meng-klik tautan tersebut.
Akibatnya, banyak blogger yang katanya sudah mempraktikan seluruh teknik untuk menurunkan bounce rate, tapi tetap saja bounce rate mereka tinggi.
Mungkin inilah sebabnya.
Tapi masih mending yang menggunakan teknik : Baca ini. Ketimbang mereka yang menggunakan anchor text natural dalam postingan.
Kenapa?
Logikanya seperti ini : Fungsi lain dari internal link adalah untuk memudahkan Googlebot dalam melakukan crawling (perayapan) keberadaan artikel.
Crawling ini dilakukan secara up to down, menyeluruh, dari mulai judul, awal artikel sampai akhir artikel.
Jika artikel yang kita buat mempunyai struktur acak-acakan, tidak terdapat perbedaan yang jelas antara mana artikel dan mana link, hal tersebut justru akan memperlambat proses crawling googlebot. Karena terdapat link yang menyatu dalam artikel.
Untungnya, untuk mengatasi tersebut – agar artikel cepat terindex google – saya telah menulis panduan lengkap mengenai hal tersebut. Anda bisa membacanya disini : Cara Ampuh agar Artikel Blog Cepat Terindex Mesin Pencari
Bagaimana? Masuk akal kan?
Selesai!
Mudah bukan? Hanya tinggal memodifikasi internal link building dengan teknik psikologi manusia. Sehingga, teknik ini selain bisa memperjelas struktur sebuah situs, juga dapat menghadirkan pengalaman yang menyenangkan bagi pengunjung karena konten situs terlihat lebih kaya akan konten yang mendalam.
Berikut hasil yang saya dapatkan ketika melakukan internal link building dengan cara teknik momentum.
Ini adalah sebelum saya menerapkan teknik momentum, sekitar akhir bulan januari 2018 dengan artikel baru mencapai 17 artikel :
Sebelum memakai teknik momentum |
Dan ini adalah screenshot terbaru dari Alexa Site Info yang saya ambil tanggal 12 Maret 2018 dengan artikel mencapai 27 :
Setelah memakai teknik momentum |
Memang tidak terlalu signifikan. Ya alasannya banyak, pertama jumlah artikel yang masih sedikit. Kedua, teknikini juga baru sebulan lebih penerapannya.
Mungkin jika Anda mempunyai artikel yang lebih banyak, hasilnya akan cukup terlihat signifikan.
Cukup mudah dimengerti kan ya? Dan ingat, ini hanya salah satu cara dari sekian banyak cara untuk menurunkan bounce rate. Jika ada yang perlu didiskusikan, mari gunakan kolom komentar dibawah ya!
Oh ya, ini juga adalah jawaban dari pertanyaan salah satu sahabat blogger saya : Monica Rampo yang beberapa waktu kebelakang menanyakan perihal cara menurunkan bounce rate. So, terima kasih atas pertanyaannya mbak, karena hal tersebut menjadi motivasi untuk saya untuk menulis mengenai bounce rate ini.
11 Comments
menarik sekali berbicara tentang bounce rate ini bang, kalau ingin blog jadi hebat memang harus belajar segalanya
Mantap tipsnya bang, itu ceknya di alexa kah bang
Sekarang google punya aturan baru. Ya mau tidak mau harus diikuti. Buatlah link yang natural.
Dan saya merasa terganggu dengan artikel terkait yang ditaruh didalam artikel. Konsentrasei membaca jadi buyar.
Ya saya setuju buat saja link yang seperti dicontohkan diatas.
Dan sebenarnya hal atau faktor lainnya juga jika pembaca cepat-cepat pergi, yaitu demi menghembat kuota. Tahu sendiri kan jika harga internet disini masih tergolong elit.
mas Nugraha… matur nuhun ya..aduh penjelasannya lengkap dan detail dan sangat mudah dimengerti..
betah bacanya dan saya coba mau praktekkan teknik ini..
sekali lagi terima kasih ya…meni bageur euy
tekhnik momentum yg dipakai sepertinya boleh dicoba nich….
saya baca artikelnya kok ngk bosan padahal cukup panjang. Artikelnya ternyata memiliki pelet tersendiri mas, hehehe… 🙂
Yaps aku yang kena nih, kerjanya cuma posting dan posting tapi males belajar banyak hal yang ada hubungannya dengan blog hehe
nantilah aku coba, bener loh aku tipe yang nggak begitu perhatian yang rumit bin jelimet
Sepertinya sudah harus dirubah ini cara menulis link internal, makasi mas untuk teknik momentumnya bisa jadi panduan untuk menerapkan di blog
hmm baru paham, selama ini bounce rate saya sampae 100 persen, ahaha,, mau diseriusin ngeblog deh. trims bang
saya lebih suka menautkan link secara manual mas supaya lebih natural dibanding membuat secara otomatis, sebagai tambahannya saya pakai widget related content
Makin nambah aja ilmu tentang blogging, gak sesederhana yang dpikirkan ternyata hahahaha
Permasalahan bounce rate memang menjadi momok yang meresahkan para pemilik situs. Minggu lalu bounce rate blog saya masih diangka 80% , tapi dari beberapa teori yang saya terapkan nampaknya ada perubahan yg signifikan dari angka tersebut…