Triase IGD (Instalasi Gawat Darurat) merupakan langkah pertama dan utama dalam proses pelayanan kesehatan – keperawatan di rumah sakit. Karenanya, sebagai seorang perawat yang merupakan ujung tombak pelayanan, adalah sebuah keharusan untuk memahami secara paripurna mengenai triase IGD dari A-Z.
Berikut ini adalah 29 Pertanyaan dan Jawaban mengenai triase gawat darurat yang harus diketahui oleh seorang perawat.
Apa itu triase?
Penggunaan awal kata “trier” mengacu pada penapisan screening di medan perang. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap hampir 100 juta orang yang memerlukan pertolongan gawat darurat (IGD) setiap tahunnya.
Berbagai sistem triase mulai dikembangkan pada akhir tahun 1950-an seiring dengan semakin bertambahnya jumlah kunjungan IGD yang melampaui kemampuan sumber daya yang ada untuk melakukan penanganan segera.
Tujuan triase adalah memilih atau menggolongkan semua pasien yang datang ke IGD dan menetapkan prioritas penanganannya.
Berapa lama waktu yang diperlukan untuk proses triase?
Standar waktu yang lazim disebutkan adalah 2 sampai 5 menit per pasien. Akan tetapi, Travers mengatakan angka 2 sampai 5 menit hanya mampu dilakukan oleh 22% dari total pelayanan IGD.
Waktu tersebut akan semakin lama seiring dengan pertambahan usia pasien dan akan berkurang jika pemeriksaan tanda-tanda vital tidak dilakukan.
Keddington berpendapat bahwa waktu rata-rata yang digunakan untuk proses triase pada pasien pediatrik adalah 7 menit.
Siapa yang harus melaksanakan triase di IGD?
Joint Commission for Accreditation of Healthcare Organizations (JCA-HO) mensyaratkan adanya kompetensi klinis kegawatdaruratan bagi perawat, meskipun tidak menyebutkan secara spesifik persyaratan untuk menjadi perawat triase.
Sedangkan menurut standar praktik Emergency Nurses Association tahun 1999, menyatakan bahwa triase yang aman, efektif dan efisien hanya dapat dilakukan oleh seorang perawat profesional yang sudah teregistrasi (RN) dan sudah terlatih dalam prinsip-prinsip triase dengan pengalaman minimal selama 6 bulan di bagian keperawatan kedaruratan.
Disamping pengalaman kerja di IGD, kualifikasi apa lagi yang harus dimiliki oleh seorang perawat triase?
Grossman merekomendasikan beberapa kualifikasi untuk seorang perawat triase sebagai berikut:
- Menunjukan pengiasan terhadap orientasi kedaruratan rumah sakit berdasarkan kompetensi
- Sertifikasi Advanced Cardiac Life Support (ACLS)
- Sertifikasi Pediatric Advanced Life Support (PALS)
- Lulus Emergency Nurse Pediatric Course (ENPC)
- Lulus Trauma Nurse Core Curriculum (TNCC)
- Sertifikasi dalam Keperawatan Kedaruratan (Certification in Emergency Nursing; CEN)
- Pengetahuan tentang kebijakan intradepartemen
- Pemahaman tentang berbagai pelayanan kedaruratan setempat
- Keterampilan pengkajian yang tepat
- Keterampilan yang efektif dalam komunikasi, hubungan antar-pribadi, penanganan konflik, pendelegasian dan pengambilan keputusan
- Fleksibel, dapat beradaptasi dan kemampuan antisipasi serta tidak mudah panik.
Sebutkan sistem triase yang lazim digunakan!
Sistem triase spot check, komprehensif, two-tier, expanded dan bedside.
Apa yang dimaksud dengan triase spot check atau “quick-look”?
Dalam sistem ini, perawat mengkaji dan menggolongkan pasien dalam waktu 2-3 menit. Sistem ini memungkinkan identifikasi segera terhadap pasien dengan akuitas yang tinggi.
Bagaimana cara kerja triase komprehensif?
Triase komprehensif merupakan triase standar yang didukung oleh Emergency Nurses Association (ENA).
Triase komprehensif ini meliputi pengkajian gawat darurat awal dengan memperhatikan keadaan umum pasien, jalan nafas (A, Airway), pernafasan (B, Breathing), sirkulasi (C, Circulation) dan tingkat kesadaran/disabilitas (D, Disability).
[rml_read_more]
Semua itu (A,B,C dan D) merupakan unsur penting dalam primary survey.
Kemudian dilakukan pengkajian riwayat pasien dan pemeriksaan fisik yang lebih mendalam, termasuk Exposure (E), dan tanda-tanda vital secara lengkap (F, Full-set of Vital Signs).
Agar lebih tepat, perawat dapat pula menilai tanda vital yang kelima berupa pemeriksaan oksimetri nadi (pulse oximetry) dan melaksanakan pengkajian nyeri.
Selanjutnya, berbagai aspek dalam penilaian secondary survey dilakukan jika memungkinkan. Kemudian pasien dikaji kembali dengan interval waktu yang tepat sambil menunggu tindakan kedaruratan selanjutnya.
Jelaskan mengenai sistem triase two-tier!
Pada sistem two-tier, terdapat orang kedua yang bertindak sebagai petugas sortir untuk melakukan penapisan dan menetapkan prioritas pasien yang memerlukan pengkajian lebih lanjut.
Petugas ini juga membantu dengan mengurutkan pemeriksaan diagnostik dan masalah keluarga/pengunjung, jika ada.
Keuntungan sistem ini, kasus-kasus yang ringan dapat langsung dipindahkan ke bagian perawatan kasus ringan sehingga pasien tidak menumpuk. Selain itu, proses identifikasi dengan sistem ini juga lebih cepat untuk membedakan mana pasien gawat, darurat dan kritis.
Apa itu sistem triase expanded?
Sistem ini mencakup protokol untuk memulai penanganan segera di area triase. Protokol yang lazim dilakukan mencakup pertolongan pertama, semisal, pembidaian, pengompresan dan perawatan luka, pemeriksaan x-ray ekstremitas, pemberian obat antipiretik tanpa resep dokter, imunisasi tetanus, urinalisis, tes kehamilan, tes gula darah dan penilaian ketajaman penglihatan.
Dengan keuntungan yang dimilikinya, sistem ini bisa menjadi sistem tambahan untuk sistem triase komprehensif ataupun sistem triase two-tier.
Berikan contoh tentang standar pemberian obat tanpa resep dokter di IGD!
Banyak IGD yang sudah memiliki standar pemberian obat antipiretik, khususnya untuk anak-anak.
Contoh pemberian obat antipiretik adalah asetaminofen (parasetamol) yang dapat diberikan dengan dosis 15 mg/kg berat badan, dengan kondisi sebagai berikut;
- Berat badan pasien telah ditimbang
- Suhu tubuh 48,3 derajat C atau lebih
- Pemberian dosis terakhir sudah lebih dari 2 jam yang lalu
- Tidak ada riwayat hipersensitivitas terhadap obat tersebut
- Tidak ada riwayat penyakit hati
Jelaskan tentang triase bedside!
Sistem ini menempatkan pasien – tanpa memperdulikan tingkat triase nya – langsung ke bagian tindakan bila sudah tersedia tempat tidur dan ada staf yang akan menangani.
Semua informasi (hasil pengkajian triase, baik itu pengkajian perawat, dokter maupun demografik) diperoleh dalam pengkajian bedside secara simultan, jika memungkinkan.
Sistem triase ini kerap kali meningkatkan kepuasan pasien karena tindakan segera dimulai dengan interval waktu yang lebih singkat.
Acapkali, pasien merasa mendapatkan perawatan yang lebih cepat, meskipun sebenarnya tidak karena dia tidak perlu mengantri di ruang tunggu.
Apa saja yang harus di anamnesa saat triase?
Anamnesa triase biasanya berfokus pada keluhan utama pasien. Anamnesa ini mencakup uraian tentang keluhan yang dirasakan, bagaimana cedera terjadi (jika ada), kapan masalah timbul dan kapan menghilang serta tindakan yang sudah dilakukan sebelum pasien tiba di IGD.
Analisis keluhan utama pasien, atau analisis gejala dapat diingat melalui mnemonik PQRSTT:
- P, Provokes (pemicu) : Apa yang jadi pemicu gejala? (membuat gejala membaik/memburuk). Apakah ada riwayat trauma?
- Q, Quality (kualitas) : Bagaimana gejala tersebut dirasakan? (biarkan pasien menguraikan dengan kata-katanya sendiri)
- R, Radiation (penyebaran) : Dimana letak gejala tersebut? Kemana gejala tersebut menyebar?
- S, Severity (intensitas) : Tentukan intensitas/tingkat keparahan gejala dengan menggunakan skala 1-10
- T, Time (waktu) : Berapa lama mengalami gejala tersebut? Apakah gejala pernah terjadi sebelumnya?
- T, Treatment (penanganan) : Penanganan yang dilakukan sebelum tiba di IGD (termasuk pemberian obat di rumah)? Tindakan apa yang sebelumnya telah dilakukan dan berhasil?
Tanyakan juga mengenai riwayat alergi (obat, lingkungan ataupun makanan) dan bagaimana reaksi alergi yang ditimbulkannya, obat-obatan terakhir yang digunakan, imunisasi (jika diperlukan), haid terakhir (jika diperlukan) dan riwayat medis sebelumnya.
Cara pasien tiba ke IGD juga harus dicatat ya!
Apakah ada mnemonik lain untuk memudahkan pengkajian triase?
Tripsord-Klinkhammer dan Andreoni menganjurkan mnemonik OLD CART.
- O, Onset of Symptoms (awitan gejala)
- L, Location of Problem (lokasi masalah)
- D, Duration of Symptoms (durasi gejala)
- C, Characteristic (karakteristik gejala)
- A, Aggravating Factors (faktor yang memperberat)
- R, Relieving Factors (faktor yang memperingan)
- T, Treatment (penanganan yang sudah dilakukan sebelum tiba)
Bagaimana cara perawat menghadapi pasien yang datang ke IGD dengan alasan yang tidak jelas?
Dalam hal ini, perawat dapat mengajukan beberapa pertanyaan berikut ini:
- Mengapa datang ke IGD hari ini?
- Apa yang dirasakan berbeda hari ini?
- Apakah ada nyeri yang terasa semakin menjadi-jadi hari ini?
- Apakah ada yang berubah atau terjadi hari ini?
Bila memungkinkan, lakukan autoanamnesis tanpa menyertakan keluarga/teman karena mungkin pasien merasa enggan bercerita secara menyeluruh dihadapan orang lain.
Namun, jika Anda tetap tidak memperoleh gambaran yang jelas mengapa pasien datang ke IGD, coba untuk mengulangi kata-kata pasien.
Tindakan ini akan menunjukan bahwa Anda ingin memahami dan memastikan apa yang dirasakan pasien sehingga Anda dapat membantunya dengan maksimal.
Teknik komunikasi ini sering mempermudah pasien untuk segera menyampaikan informasi tambahan karena dengan teknik komunikasi tersebut, pasien akan merasa percaya pada Anda.
Sebutkan kategori/klasifikasi pengambilan keputusan dalam triase pasien!
Sebagian besar sistem triase (61%) menggunakan 3 kategori pengambilan keputusan, yaitu :
- Kedaruratan (merah)
- Kegawatan (kuning)
- Tidak Gawat Tidak Darurat (Hijau)
Kedaruratan adalah kondisi yang memerlukan resusitasi mayor atau tindakan intervensi segera untuk menghindari kematian atau disabilitas permanen.
Kegawatan adalah kondisi yang memerlukan tindakan cepat, tapi tidak harus segera; keterlambatan sampai dua jam tidak akan menimbulkan kematian ataupun cacat ekstremitas.
Tidak Gawat Tidak Darurat dapat dengan aman menunggu sampai lebih dari dua jam tanpa meningkatkan angka morbiditas atau mortalitas.
Sebagian sistem triase (6%) menggunakan pengkategorian kelas yang terdiri dari kelas I – IV.
- Kelas I : Kritis (mengancam jiwa, ekstremitas atau penglihatan; tindakan segera)
- Kelas II : Akut (terdapat perubahan yang signifikan; tindakan sesegera mungkin)
- Kelas III : Urgen (signifikan; tindakan pada waktu yang tepat)
- Kelas IV : Non-Urgen (tidak terdapat resiko yang perlu segera ditangani)
Sepuluh persen IGD menggunakan sistem akuitas lima-tingkat yang kini sudah digunakan di Australia, Kanada dan Inggris.
Skala lima-tingkat yang baru, yaitu Emergency Severity Index, telah dikembangkan oleh Wuerz.
Indeks ini mencakup sebuah algoritma yang meliputi hasil-hasil pemeriksaan yang penting seperti orientasi, oksigenasi, dan jumlah intervensi yang direncakan, untuk menentukan penempatan pasien dalam sistem akuitas lima-tingkat.
Faktor apa saja yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan triase?
Pengambilan keputusan dalam triase pasien didasarkan pada keluhan utama, riwayat medis dan data objektif yang mencakup keadaan umum pasien serta hasil pengkajian fisik yang terfokus.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan mencakup setiap gejala ringan yang cenderung berulang atau meningkat keparahannya, setiap gejala yang dikaitkan dengan perubahan pasti lainnya dan penurunan yang menetap atau progresif.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah; Percayalah pada kata hati Anda! Insting dari hati yang tidak bisa dijelaskan ini akan timbul dari pengetahuan yang Anda miliki, pendidikan dan pengalaman klinis.
Tips apa yang dapat digunakan untuk membantu proses triase ketika lebih dari satu pasien tiba di IGD dalam waktu yang bersamaan?
Pertama, pastikan keluhan yang disampaikan oleh pasien. Cocokan keluhan ini dengan kondisi pasien.
Lakukan pengkajian yang penting dengan segera seperti pemeriksaan denyut nadi pada lengan yang fraktur, dan kerjakan tindakan pertolongan pertama yang dapat dilakukan, seperti langsung menekan luka yang berdarah dengan kasa steril.
Dengan menggunakan pedoman dasar, yaitu pedoman ABCD (Airway, Breathing, Circulation, Disability), pertimbangkan intensitas setiap fungsi tersebut.
Semisal, konfusi yang merupakan disability, harus menjadi prioritas pada seorang anak yang stabil dengan pertusis (batuk rekan) yang dalam hal ini pertusis merupakan masalah jalan nafas (circulation).
Pertimbangan lain dalam pengambilan keputusan yang akan membantu Anda dalam menentukan prioritas adalah :
- Setiap gejala yang cenderung berulang atau intensitasnya meningkat
- Setiap gejala yang disertai perubahan pasti pada keadaan tubuh
- Kemunduran yang progresif dan berjalan terus
- Jumlah sistem yang terlibat (lebih dari satu sistem; sistemik versus ekstremitas)
- Usia (sangat muda atau sangat tua)
- “Misteri ( yaitu sumber masalah yang tidak dapat dijelaskan)
- Keharusan pasien berbaring karena keluhan sistemik, seperti keluhan pusing versus nyeri pungguh bawah
- Keharusan melakukan observasi dan kontrol yang ketat (kecenderungan bunuh diri, jatuh, penggunaan restrain)
Jelaskan kriteria untuk menetapkan pasien yang dipisahkan dari triase, entah itu ke observasi atau ke bagian perawatan minor!
Setiap rumah sakit mempunyai kriterianya sendiri untuk triase ke bagian perawatan minor. Kriteria tersebut mencakup kondisi medis dengan perkiraan waktu yang kerap kali kurang dari satu jam untuk penanganan hingga pasien pulang.
Biasanya, kriteria ini mencakup; mengatasi keluhan mayor atau yang berpotensi mengenai lebih dari satu sistem jika tidak ditangani segera (semisal, wanita dengan nyeri abdomen), perkiraan kebutuhan rawat inap dan atau adanya kebutuhan penanganan psikologis intensif (semisal, dugaan penganiayaan).
Selain itu, banyak juga IGD yang mengirimkan pasien luka ke bagian perawatan minor karena keterbatasan brankar segera setelah dilakukan pertolongan pertama.
Apa perbedaan antara triase pediatrik dan pasien dewasa?
Emergency Nursing Pediatric Course (ENPC) menguraikan triase pediatrik sebagai sebuah proses dua tahap; pengkajian keseluruhan secara umum, diikuti dengan anamnesis riwayat medis dan pemeriksaan fisik yang lebih rinci.
Pengkajian keseluruhan secara umum mengevaluasi keadaan umum anak, fungsi pernafasan dan sirkulasinya. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, perawat memutuskan anak mana yang harus di anamnesis dan dikaji pertama kali. Dalam hal ini, keluarga merupakan elemen penting dalam pengkajian dan penanganan pasien anak.
ENPC merekomendasikan mnemonik CIAMPEDS (See, I am peds) untuk melakukan anamnesa riwayat medis pada pasien pediatrik.
- C, Chief complaint (keluhan Utama)
- I, Immunization, need for Isolation (imunisasi dan perlunya isolasi)
- A, Allergies (alergi)
- M, Medication (obat-obatan)
- P, Past medical history, Parent’s impression (riwayat medis dan kesan orang tua)
- E, Events surrounding (kejadian disekitarnya)
- D, Diet, Diapers (makanan, popok)
- S, Symptoms (gejala yang berkaitan dengan keadaan sakit/cedera)
Berat badan merupakan tanda vital bagi anak. Tekanan darah kerap kali diabaikan dalam pemeriksaan anak yang berusia 2-5 tahun.
Strategi penting yang spesifik bagi anak kecil dan berkaitan dengan triase adalah menunda tindakan yang paling tidak nyaman bagi anak (semisal, pemeriksaan suhu rektal) untuk dikerjakan paling akhir dan mengumpulkan data sebanyak mungkin ketika anak masih berada dalam gendongan orang tua atau pengasuhnya.
Apakah ada mnemonik lain untuk mempermudah triase pada seorang anak?
Tripsor-Klinkhammer dan Andreoni mengemukakan mnemonik SAVE A CHILD dari Emergency Nurse Association, State Council, Hawaii. Mnemonik ini digunakan untuk membantu mengenali penyakit serius pada pasien pediatrik.
SAVE merupakan observasi yang dilakukan sebelum kita menyentuh anak, dan A CHILD merupakan komponen penting dalam anamnesis medis pediatrik serta pemeriksaan fisik.
- S, Skin (kulit; semisal petekie atau bintik-bintik merah pada kulit)
- A, Activity (aktivitas; semisal daya respons anak)
- V, Ventilation (ventilasi; semisal retraksi pernafasan, nafas cuping hidung)
- E, Eye contact (kontak mata; semisal mata berkaca-kaca, mata tidak bisa menatap pada suatu objek)
- A, Abuse (penganiayaan; semisal luka memar yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, orang tua yang tidak tepat)
- C, Cry (tangisan; semisal tangisan bernada tinggi, melengking)
- H, Heat (panas; semisal demam)
- I, Immune (kekebalan tubuh)
- L, Level of consciousness (tingkat kesadara; semisal irritabilitas, letargik)
- D, Dehydration (dehidrasi; semisal CRT (capilary refill time), diare/muntah hebat)
Lebih lanjut mengeni kegawat-daruratan pediatrik, lihat bab PEDIATRIK.
Perbedaan apa yang harus disadari ketika mengevaluasi status fisiologis pasien geriatrik?
a. Under-reporting atau pelaporan yang kurang jelas
Pasien geriatrik cenderung melaporkan gejalanya dengan kurang jelas. Lansia kerap kali menderita sakit kronis, disamping penyakit akut yang sedang dialami, dengan penurunan kemampuan fisiologis untuk mengimbangi penyakitnya.
b. Polifarmasi
Penggunaan obat lebih dari satu macam berpotensi menimbulkan interaksi obat yang berbahaya. Diperkirakan populasi geriatrik mengkonsumsi 25% dari semua obat yang ada dan 70% diantaranya merupakan obat yang dijual bebas, dengan lebih dari 1/3 dari populasi geriatrik ini memakai delapan macam obat atau lebih setiap harinya.
Resiko interaksi obat sebesar 50% akan terjadi ketika 5 macam obat yang berbeda diminum pada hari yang sama; resiko tersebut akan meningkat menjadi 100% jika meminum 8 obat atau lebih dari satu hari.
c. Perubahan fungsi atau perilaku
Perubahan fungsi atau perilaku yang tampak dalam pengkajian bisa lebih berkaitan dengan proses penuaan (degenerasi) dibandingkan dengan penyakitnya. Di lain pihak, pasien geriatrik dapat memperlihatkan suatu gejala perilaku hanya pada saat menderita penyakit baru.
Sebagai contoh, gejala primer infeksi urinarius yang baru diderita pasien dengan alzheimer dapat berupa peningkatan kegelisahan. Konfusi yang baru muncul ini kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala (akibat berkurangnya oksigenasi) pada penyakit geriatrik.
d. Gejala yang tidak jelas
Pasien lanjut usia acap kali tidak memperlihatkan gejala klasik yang sesuai dengan teori, tetapi menunjukan gejala dan tanda yang tidak jelas.
Dengan bertambahnya umur seseorang, sistem kekebalan tubuhnya akan menurun, yang mana dengan demikian pasien tidak lagi memperlihatkan respons fisiologis yang lazim terhadap penyakitnya, seperti gejala nyeri dan demam.
Sebagai contoh, pada pasien geriatrik yang menderita pneumonia, 25-30% dari pasien tersebut tidak mengalami demam dan 20% tidak menunjukan leukositosis.
Apakah terdapat pertimbangan khusus ketika berkomunikasi dengan pasien geriatrik?
10% dari populasi yang berusia 65 tahun atau lebih, dan hampir 50% populasi berusia 85 tahun atau lebih, menderita penyakit Alzheimer. Pasien dengan penyakit Alzheimer akan menghadapi kesulitan dalam memproses informasi yang baru.
Terlebih lagi, 50% lansia (berusia lebih dari 65 tahun) memiliki pendengaran yang kurang.
Sehingga, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membantu kita berkomunikasi dengan lansia:
- Batasi materi yang disampaikan pada suatu pertemuan.
- Hindari kata-kata kiasan (semisal, naik ke tempat tidur)
- Ciptakan lingkungan yang sederhana (termasuk mengurangi kebisingan)
- Meningkatkan penerangan cahaya
- Berikan bahan bacaan dengan cetakan huruf yang besar.
Lebih lanjut mengeni kegawat-daruratan geriatrik, lihat bab GERIATRIK.
Apa saja yang perlu di evaluasi ketika melakukan triase pada pasien dengan keluhan psikiatrik?
Lakukan evaluasi tentang:
- Alasan pasien datang ke IGD
- Adanya fikiran untuk melukai diri sendiri
- Adanya fikiran mencelakai orang lain
- Adanya gangguan pola fikir
- Adanya gejala fisik, alergi, pemakaian obat dan masalah kesehatan lainnya
Disamping itu, sebagian IGD menggunakan skala standar triase psikiatrik seperti Beck Depression Inventory (BDI), Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) atau Mini-Mental State Examination (MMSE), untuk membedakan derajat gangguan psikologis.
Waspadai jawaban “Saya tidak tahu” yang terlampau sering karena dapat berarti “Saya tidak peduli” yang menunjukan adanya status depresi pada pasien.
Sebutkan beberapa kesulitan yang biasa terjadi pada pelaksanaan triase!
- Hanya berkonsentrasi pada keluhan yang ada (semisal, cedera akibat jatuh dan tidak menanyakan apakah pasien terjatuh karena sinkop atau hal lain)
- Kehilangan objektivitas (semisal, mengabaikan pasien karena ia sering datang ke IGD)
- Perhatian teralihkan akibat terlalu banyak pasien (semisal, mengambil keputusan triase atas dasar tingkat aktivitas IGD dan bukan berdasarkan keluhan utama pasien)
- Membiarkan perilaku pasien sebagai faktor penentu dalam pengambilan keputusan (semisal, memprioritaskan pemeriksaan pada pasien yang rewel, namun kondisinya stabil, dibandingkan dengan pasien yang diam saja, namun keadaannya lebih gawat)
Apakah EMTALA itu?
EMTALA merupakan singkatan dari Emergency Medical Treatment and Active Labor Act (Undang-undang tentang Tindakan Kedaruratan Medis dan Persalinan Aktif).
Undang-undang ini adalah bagian dari Undang-undang Pengamanan Sosial (Social Security Act) yang merupakan Hukum Amerika Serikat yang mengatur medicare.
EMTALA berlaku pada semua rumah sakit Amerika Serikat yang mendapatkan jaminan medicare bagi semua pasien (sekalipun mereka sudah memiliki asuransi pribadi), dan berhubungan dengan kondisi pasien, bukan dengan tipe fasilitas (semisal, pasien psikiatri yang datang ke rumah sakit umum).
EMTALA merupakan kelanjutan dari Undang-undang COBRA (COnsolidated Omnibus Budget Reconciliation Act) 1986 yang asli atau undang-undang “anti-dumping” yang tujuannya adalah untuk mencegah praktik tidak etis, seperti menolak penanganan pasien gawat darurat atau mengirimkan pasien yang “tidak mampu” secara tidak pantas/tidak jelas.
Apa hubungannya EMTALA dengan triase?
EMTALA mengharuskan setiap pasien yang dirawat di IGD untuk menjalani pemeriksaan medis yang “layak” dan “konsisten”.
Oleh karena itu, pengkajian triase yang lengkap harus dilaksanakan untuk setiap pasien menurut protokol triase masing-masing rumah sakit. Istilah “pemeriksaan medis lengkap” berarti perawatan yang diberikan sesudah triase dan bukan pada proses triase itu sendiri.
Implikasi tambahan bagi perawat yaitu bahwa pertanyaan yang sama harus ditanyakan pada saat anamnesis dan prosedur pemeriksaan yang sama harus dikerjakan pada setiap pasien tanpa kecuali.
Sebagai contoh, pemeriksaan tanda-tanda vital harus dilakukan pada semua pasien, tanpa bergantung apakah pasien datang ke IGD karena pergelangan kaki yang terkilir ataupun nyeri dada sekalipun.
Dapatkah pasien menjalani triase di ruangan IGD yang lain atau bagian lain di rumah sakit?
Menurut peraturan EMTALA, pasien dapat menjalani proses triase pada bagian perawatan terpisah yang setara. Ini berarti bahwa daerah jalur-cepat atau klinik yang berafiliasi dengan rumah sakit diperbolehkan untuk melakukan triase.
Bagaimana perawat dapat meningkatkan tingkat kepuasan pasien lewat proses triase?
Triase merupakan kontak pertama pasien dan /atau keluarganya dengan rumah sakit. Karena itu, kesan pertama kerap kali terbentuk dalam proses triase. Berikut beberapa teknik triase yang dapat memberikan kesan mendalam yang positif bagi pasien dan keluarga pasien yang dapat dilakukan perawat.
- Sapa pasien dengan hangat dan senyuman
- Panggil pasien dengan namnya sesering mungkin
- Libatkan anggota keluarga (jika memungkinkan)
- Berbicara dengan perlahan dan jelas
- Ulangi keluhan pasien dengan menggunakan kata-kata sendiri (untuk menyampaikan pesan yang sudah didengar pasien dan memastikan pemahaman perawat tentang keluhan pasien)
- Beritahukan hasil pengkajian Anda sebelum meninggalkan pasien (semisal, paru-paru Anda pada pemeriksaan ini tampak bersih)
- Berikan pujian atas tindakan yang benar (semisal, “Ibu sudah benar dengan memberikan parasetamol pada anak ibu”)
- Memberikan perkiraan waktu menunggu yang lebih lama hingga pasien dapat menemui dokter. Salah satu penelitian menunjukan bahwa pasien merasa lebih puas jika diberi perkiraan waktu tunggu yang lebih lama dan kemudian ditemui dokternya lebih cepat, daripada jika ia diberi waktu tunggu yang lebih pendek, tetapi harus menunggu lebih lama dari perkiraan waktu tersebut.
Jelaskan bagaimana perbedaan triase pada saat kondisi bencana?
Penanganan bencana dilakukan berdasarkan pada penyediaan pelayanan terbaik bagi sejumlah orang yang sangat banyak dalam suatu waktu tertentu.
Berbeda dengan triase IGD yang mana setiap orang yang datang ke IGD memerlukan semua sumber daya yang ada untuk proses pemulihan mereka, maka sumber-sumber ini akan sangat terbatas dalam situasi bencana.
Oleh karena itu, sebagian pasien mungkin digolongkan ke dalam korban yang sudah tidak mempunyai harapan hidup lagi sehingga pelayanan yang diberikan hanya berupa perawatan paliatif dan dukungan psikologis.
Dalam bencana ledakan termonuklir, korban yang cederanya paling ringan harus mendapatkan pertolongan pertama. Dalam bencana yang melibatkan zat berbahaya, tindakan dekontaminasi pasien harus dikerjakan pertama kali di luar IGD, untuk mencegah kontaminasi tanpa sengaja pada fasilitas dan staf perawatan.
Lebih lanjut mengenai penatalaksanaan bencana, baca bab Tatalaksana Keperawatan Bencana.
Referensi
- Emergency Nurses Association: Triage: Meeting the Challenge. Park Ridge, IL, 1997.
- Emergency Nurses Association: Standards of Emergency Nursing Practice, 4th ed. Park Ridge, IL, 1999.
- Emergency Nurses Association: Emergency Nursing Pediatric Course. Park Ridge, IL, 1999.
- Gilboy V, Travers D, Wuerz R: Re-evaluating triage in the new millenium: A comprehensive look at the need for standardization and quality. J Emerg Nurse 25:468-473, 1999.
- Grossman VG: Quick Reference to Triage. Philadelphia, Lippincott, 1999.
- Handysides G: Triage in Emergency Practice.St. Louis, Mosby, 1996.
- Herr RD: Managed care and the emergency department: Nursing issues. J Emerg Nurs 24:406-411, 1998.
- Keddington RK: A triage vital sign policy for childeren’s hospital emergency department. J Emerg Nurs 24:189-192. 1998.
- Murphy KA: Pediatric Triage Guidelines. St. Louis, Mosby, 1996.
- Tipsord-Klinkhammer B, Andreoni CP: Quick Reference for Emergency Nursing. Philadelphia, W.B. Saunders, 1998.
- Travers DA: Triage: How long does it take? How long should it take? J. Emerg Nurs 25:238-240, 1999.
1 Comment
mantap, webnya informatif banget